Rabu, 26 Oktober 2016

paradigma kepribadian PAUD



1.      a. Paradigma Kepribadian Menurut Freud (Psikoanalisis)
Psikoanalisis merupakan cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Berdirinya Aliran Psikoanalisis semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.
Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka.
Menurut Freud psikoanalisis mempunyai tiga arti (Bertens 1979) yaitu:
1)      Untuk menunjukkan suatu metoda penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah.
2)      Untuk menunjukkan suatu teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis
3)      Untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik tersebut.
Ø  Struktur Kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005:17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yaitu: sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Ada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich yang memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.

1)      das Es (the Id)
Adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem didalamnya terdapat naluri-naluri yang merupakan faktor bawaan. Das Es berfungsi untuk mempertahankan konstansi, maksudnya membawa seseorang dari keadaan yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan sehingga prinsip bekerjanya das Es adalah pleasure principle.
2)      Das Ich (the ego)
Adalah aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas. Dalam aspek ini individu diarahkan pada kenyataan. Adapun proses yang ada pada das Ich yaitu proses sekunder (secondary process) yang bertindak sebagai penunjuk bagi kenyataan dan berperan sebagai penguji kenyataan atau reality tester serta dalam memainkan peranannya. Das Ich melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara, 1991:34).
3)      Das Ueber Ich (the super ego)
Adalah aspek sosiologis dari kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud Das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Dalam menjalankan  tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau nurani dan egoideal.
Ø  Dinamika Kepribadian
Menurut Freud, dinamika kepribadian adalah bagaimana energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Ueber ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991:46). 7 macam mekanisme pertahanan ego menurut Freud adalah sebagai berikut:
1)      Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidaksadaran.
2)      Sublimasi, untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima dan bahkan dihargai masyarakat.
3)      Proyeksi, pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
4)      Displacement, pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
5)      Rasionalisasiupaya individu memutarbalikan kenyataan yang mengancam ego melalui dialih tertentu yang seakan-akan masuk akal.
6)      Pembentukan reaksiupaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara sebaliknya.
7)      Regresi, upaya mengatasi kecemasan dengan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Paradigma Kepribadian Menurut Skinner (Behavioristik)
Skinner adalah tokoh yang tidak tertarik dengan struktural dari kepribadian. Menurutnya, mungkin dapat diperoleh ilusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan mengubah lingkungan. Jadi Skinner lebih tertarik dengan aspek yang diubah-ubah dari kepribadian alih-alih aspek struktur yang tetap (Alwisol,2005:402).
Skinner memusatkan diri pada tingkah laku yang dapat diubah. Karena itu, ia kurang tertarik pada ciri-ciri tingkah laku yang tampaknya relative tetap. Prediksi dan penjelasan bisa dicapai lewat pengetahuan tentang aspek-aspek kepribadian yang bersifat tetap dan dapat diubah. Tetapi kontrol hanya bisa dicapai lewat modifikasi; kontrol mengimplikasikan bahwa lingkungan dapat diubah untuk menghasilkan pola-pola tingkah laku yang berbeda. Akan tetapi Skinner tidak pernah menyatakan bahwa semua faktor yang menentukan tingkah laku ada dalam lingkungan.
Skinner juga mengakui bahwa sejumlah tingkah laku memiliki dasar genetik semata-mata, sehingga pengalaman tidak akan berpengaruh terhadap tingkah laku itu. Skinner melihat persamaan antara dasar hereditas atau bawaan dan dasar lingkungan dari tingkah laku, Skinner mengemukakan bahwa proses evolusi membentuk tingkah laku spesies yang bersifat bawaan sama seperti tingkah laku-tingkah laku individu yang dipelajari dibentuk oleh lingkungan (A.Supratiknya,1993:326-327). Unsur kepribadian yang dipandang Skinner relative tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tipe tingkah laku (Alwisol;2005:402) yaitu:
  • Tingkah laku responden (respondent behavior): Respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon reflex termasuk dalam komponen ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu waktu dipuji.
  • Tingkah laku operan (operant behavior): Respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadi proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru.
Dalam memformulasi sistem tingkah laku, Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahui respon. Contoh tingkah laku respoden itu anatara lain menggigil karena kedinginan, stimulus udara dingin, sedangkan responnya adalah menggigil. Pada tingakah laku responden juga bisa dilihat bahwa stimulus yang sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dari species yang sama, serta tingkah laku responden  itu biasanya menyertakan refles-refleks yang melibatkan sistem otonom.
Skinner tidak yakin bahwa porsi utama dari tingkah laku manusia terdiri dari refles-refleks sederhana ataupun respons-respons yang diperoleh melalui pengkondisian klasik. Sebaliknya Skinner yakin bahwa tingkah laku manusia itu sebagian besar terdiri dari respon-respon kategori kedua, yakni tingkah laku operan. Tingkah laku operan menurut Skinner diperoleh melalui pengkondisian operan atau instrumental, ditentukan oleh kejadian yang mengikiti respons. Artinya dalam tingkah laku operan konsekuensi atau hasil dari tingkah laku akan menentukan kecenderungan organisme untuk mengulang ataupun menghentikan tingkah lakunya itu dimasa yang akan datang. Jika hasil yang diperoleh oraganisme melalui tingkah lakunya itu positif, maka organisme akan mengulang ataupun mempertahankan tingkah lakunya itu. Sebaliknya jika hasil dari tingkah laku itu negative, maka tingkah laku tersebut oleh oraganisme akan dihentikan atau tidak diulang.  Untuk memperjelas pemahaman mengenai tingkah laku operan, kita bisa mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari berupa pengkondisian operan dari tingkah laku atau respons menangis pada anak kecil.
Konsep perkuatan yang digunakan dalam pengkondisian operan ini menduduki peranan kunci dalam teori Skinner. Skinner mengemukakan bahwa ia menemukan kemungkinan menggunakan jadwal-jadwal perkuatan tidak tetap secara kebetulan, yakni sebagai hasil dari penyelesaian kesulitan praktis yang dihadapinya. Jadwal perkuatan semacam ini, yang disebut perkuatan sinambung, bisa digunakan pada permulaan pengkondisian operan  (E.koswara,1991:78-83).
Menurut Skinner variabilitas intensita tingkah laku itu dapat dikembalikan kepada variable lingkungan. Konsep motivasi yang menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan bukan fungsi dari keadaan energi, tujuan, dan jenis penyebab semacamnya.
Ø  Dinamika Kepribadian Behavioristik
1)      Kepribadian dan Belajar
Kepedulian utama dari Skinner adalah mengenai perubahan tingkah laku. Jadi hakikat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan organisme harus belajar merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru dipelajari. Dia yakin bahwa kepribadian dapat difahami dengan mempertimbangkan pertimbangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan, suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada masa yang akan datang. Konsep dasarnya sangat sederhana yakni bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi tingkah laku itu (Alwisol,2005:403).
2)      Generalisasi dan Deskriminasi Stimulus
Generalisasi stimulus adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang mestinya menimbulkan respon itu. Sedangkan diskriminasi stimulus adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang diberi penguat. Generalalisasi dan diskriminasi sangat penting sebagai sarana belajar, karena kalau keduanya tidak ada, orang tidak belajar sama sekali. Kita selalu belajar dari permulaan, dan kita terus menerus akan belajar tingkah laku baru kalau tidak ada generalisasi, karena tidak ada orang yang dapat berada dalam situasi yang sama persis dan melakukan respon yang sama persis pula.
Menurut Skinner, generalisasi stimulus itu memiliki arti penting bagi integritas tingkah laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus, tingkah laku  individu akan terbatas dan tidak terintegritas, yang menyebabkan individu tersebut harus selalu mengulang-ulang pembelajarannya, bagaiman bertingkah laku secar layak. Disamping generalisasi stimulus, menurut Skinner individu mengembangkan tingkah laku adaptif atau penyesuaian diri melalui kemampuan membedakan atau diskriminasi stimulus. Deskriminasi stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda. Menurut Skinner, kemampuan mendiskriminasikan stimulus itu pada setiap orang tidaklah sama. (E.Koswara,1991: 94-95)
3)      Tingkah Laku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan Skinner adalah: Tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh variable eksternal. Tidak ada sesuatu dalam diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan internal, yang mempengaruhi tingkah laku. Namun betapapun kuatnya stimulus dan penguat eksternal, manusia masih dapat mengubahnya memakai proses kontrol diri. Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan dalam diri, tetapi bagaimana diri mengontrol variable-variabel luar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku tetap ditentukan oleh variable luar, namun dengan cara kontrol diri berikut, pengaruh variable itu dapat diperbaiki-diatur atau dikontrol.
Ø  Perkembangan Kepribadian Behavioristik
Sebagian besar teori Skinner adalah tentang perubahan tingkah laku, belajar, dan modifikasi tingkah laku, karena itu dapat dikatakan bahwa teorinya yang paling relevan dengan perkembangan kepribadian. Bersama dengan banyak teoritikus, Skinner yakin bahwa pemahaman tentang kepribadian akan tumbuh dari tinjauan tentang perkembangan tingkah laku manusia dalam interaksinya yang terus menerus dengan lingkungan. Konsep kunci dalam sistem Skinner adalah prinsip perkuatan, maka pandangan Skinner seringkali disebut teori perkuatan operan (E.Koswara,1991:331).
Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima Skinner. Memang ada kemasakan fisik, yang membuat orang menjadi berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang bersifat universal sesungguhnya memungkinkan penyusunan periodesasi perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan Skinner karena dia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah laku (Alwisol,2005:413-414).
Skinner menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa kepribadian tidak lain adalah kumpulan pola tingkah laku, Skinner yakin kita dapat memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan perkembangan-perkembangan ini dengan melihat bagaimana prinsip perkuatan mampu menjelaskan tingkah laku individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan tahap respon-responnya dimasa lalu. Jadwal perkuatan juga dapat dibentuk dengan mengabaikan faktor waktu dan banyaknya hadiah yang diperoleh itu semata-mata tergantung pada tingkah lakunya sendiri (Ferster dan Skinner,1957; Skinner,1969).
Skinner yakin bahwa pemerkuat-pemerkuat terkondisi atau pemerkuat-pemerkuat sekunder sangat penting untuk mengontrol tingkah laku manusia. Perkuatan terkondisi merupakan suatu konsep eksplanatorik atau penjelasan yang sangat bisa diandalkan. Jadi, pengertian tentang perkuatan terkondisi adalah penting dalam sistem Skinner, dan seperti akan kita liat bahwa Skinner menggunakannya secara efektif untuk menjelaskan dipertahankan atau terpelihara banyak respon yang terjadi sebagai bagian dari tingkah laku sosial kita.
Pengertian tentang Generalisasi stimulus juga penting dalam sistem Skinner, sebagaimana pengertian itu penting dalam semua teori kepribadian yang berasal dari belajar. Skinner tidak merumuskan generalisasi stimulus maupun deskriminasi stimulus dalam arti proses perseptual atau proses internal lainnya. Skinner merumuskan masing-masing konsep itu sebagai hasil-hasil pengukuran respon dalam situasi eksperimental yang dikontrol secara cermat. Kebanyakan aspek kepribadian muncul dalam suatu konteks sosial, dan tingkah laku sosial merupakan ciri penting tingkah laku manusia pada umumnya. Satu-satunya ciri tingkah laku sosial adalah fakta bahwa Skinner melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih. Selain itu, tingkah laku sosial tidak dipandang berbeda dari tingkah laku lainya, sebab Skinner yakin bahwa prinsip-prinsip yang menentukan perkembangan tingkah laku dalam suatu lingkungan yang terdiri dari benda-benda hidup. (A.Supratiknya,1993:331-345)

c. Paradigma Kepribadian Menurut Rogers (Humanistik)
Tokoh psikologi humanistik selain Abraham Maslow, adalah Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self.
1)      Organime, mencakup :
  1. Makhluk hidup
Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat.
  1. Realitas subjektif
Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah.
  1. Holisme
Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2)      Medan fenomena
Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.
3)      Self
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah :
  1. terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu.
  2. bersifat integral dan konsisten.
  3. menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman.
  4. dapat berubah karena kematangan dan belajar.
Ø  Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
  • Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.
  • Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
  • Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Ø  Perkembangan kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakaikapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1)      Terbuka untuk mengalami (openess to experience).
2)      Hidup menjadi (existential living).
3)      Keyakinan organismik (organismic trusting).
4)      Pengalaman kebebasan (experiental freedom).
5)      Kreativitas (creativity)

2.      Konsep Dasar Karakter
Lickona mengemukakan bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral(moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan tiga konsep tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan kebaikan.[6] Lickona pun menjelaskan bahwa konsep moral memiliki beberapa komponen, yaitu: kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan sendiri. Sedangkan sikap moral memiliki komponen tersendiri yaitu:
1)      Kata hati
Kata hati atau biasa disebut dengan hati nurani dapat mengetahui dan menerapkan cara bertindak yang benar. Hati nurani yang kuat adalah suara hati yang membantu kita membedakan hal yang baik dan yang buruk. Ini adalah landasan yang kuat untuk mencapai kehidupan yang baik dan beretika.
2)      Rasa percaya diri
Rasa percaya diri adalah rasa yang muncul dari efek yang kita kerjakan apabila hal yang kita kerjakan adalah hal yang baik. Dan rasa ini menghasilkan suatu kepuasan dan semangat tersendiri melalui hal yang baik. Dan sebaliknya apabila kita melakukan sesuatu yang tidak baik, maka secara spontan kita akan menjadi pesimis dan juga malu.
3)      Empati
Empati adalah memahami dan merasakan kekhawatiran orang lain. Empati merupakan inti emosi moral yang membantu sesweorang memahami perasaan orang lain. Sehingga emosi yang kuat mendorong seseorang untuk bertindak benar, karena bias melihat kesusahahn orang lain. Dan dari adanya sikap tersebut akan mencegah melakukan hal yang dapat melukai orang lain.
4)      Cinta kebaikan
Cinta kebaikan akan menimbulkan dan menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan dan perasaan orang lain. Sehingga dengan membiasakan perbuatan cinta kebaikan akan menikmati betapa indahnya kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain.
5)      Pengendalian diri
Pengendalian diri adalah mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupundari luar, sehingga dapat bertindak dengan benar berdasarkan hati nurani. Dan dapat menahan diri dari hawa nafsu sehingga dapat berbuat sesuai hati dan pikiran.
6)      Dan kerendahan diri
Rendah diri disini bukanlah kita merendahkan martabat di depan orang lain, melainkan menghargai orang lain dengan berlaku sopan dan baik atau sering disebut dengan rasa hormat. Rasa hormat ini adalah yang mendasari suatu tata karma. Apabila kita ingin dihargai kepada orang lain sebagaimana kita mengahargai orang lain, maka kehidupan didunia ini akan bermoral.
Perilaku moral terdiri dari komponen:
1)      Kemampuan
2)      Kemauan
3)      Kebiasaan
Kelengkapan moral yang telah dijabarkan tadi apabila telah dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut akan mempunyai pribadi yang tangguh dan kuat, dan akan membentuk karakter yang baik dan unggul. Dan dari situlah akan terwujud suatu insan yang dapat menjaga diri dan moral yang baik serta dapat dipertanggung jawabkan. Karena dalam masyarakat umumnya, suatu moral yang terdapat dalam diri seseorang akan dikaitksn dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Seperti contoh seorang anak yang telah dididik oleh orang tuanya semenjak kecil dengan mengkonsumsikannya perilaku yang baik . maka lambat laun anak tersebut akan selalu melakukan hal yang baik yang diajarkan oleh orang tuanya. Sehingga masyarakat menilai perilaku tersebut adalah perilaku yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Untuk itu dari konsep dasar yang telah dijabarkan tadi, dapat dipraktekkan dan di sebarkan dalam masyarakat sekitar kita guna menjadi penerus bangsa yang berkarakter dan bermoral dengan baik dan juga dapat membuahkan hasil yang baik pula. Konsep dasar karakter di Indonesia, terdapat konsep dasar yang masih alami, yaitu yang pertama konsep dasar  menurut adat dan kebudayaan, seperti halnya adat di jawa. Di jawa sangat banyak karakter yang harus di sebar luaskan, yaitu seperti halnya wewarah yang sering dilakukan orang tua kepada anaknya guna untuk mendidik karakternya. Dan juga biasanya terdapat dalam lagu daerah. Misalnya yaitu lagu sluku-sluku bathok.
Yang kedua yaitu, konsep dasar karakter menurut agama. Di Indonesia terdapat berbagai agama karena banyaknya suku dan adat. Untuk itu banyak pula konsep dasar yang dijadikan panutan di setiap agama tersebut. Misalkan agama islam, pasti akan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, dan sebagai uswatun hasanah yaitu nabi Muhammad Saw yang telah menjadi pemimpin umat islam seluruhnya. Berbeda dengan penganut agama Kristen yang lebih berlandaskan dengan kitab injilnya. Dan sedangkan agama hindu akan berlandaskan dengan buku pegangan umat tersebut yaitu buku yang berjudul hak asasi manusia dalam Hindu yang mengutip sejumlah surat dalam Yajurveda, dll.

3.      a. Karakter Sanguin
Orang yang mempunyai tipe karakter sanguine adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa. Orang dengan tipe sanguis terkenal dengan banyak omongnya, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik serta mengusasai pembicaraan. sanguis memiliki hasrat untuk bersenang senang yang tinggi, mereka suka akan ketenaran, perhatian, kasih sayang, dan dukungan dari orang lain. Tipe sanguis juga memiliki rasa optimistis yang tinggi, humoris dan mudah bergaul, emosi mereka juga seperti Plegmatis yaitu cepat berubah. Orang tipe sanguin umumnya berfikiran pendek, sulit berkonsentrasi dan tidak teratur. Mereka dapat stres jika terjebak dalam situasi yang mana hidupnya terasa tidak menyenangkan karna orang sanguin takut untuk tidak popular.
Ø  Kelebihan Karakter Sanguin antara lain:
·         Suka bicara, antusias, menyenangkan dan ekspresif
·         Secara fisik memegang pendengar, emosional, dan demonstrative
·         Ceria dan penuh rasa ingin tahu
·         Mudah berubah dan kekanak-kanakan
·         Senang berkumpul dan mudah memaafkan
·         Menyukai hal-hal yang spontan
Ø  Kelemahan Karakter Sanguin antara lain:
·         Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)
·         Membesar-besarkan suatu hal / kejadian dan egoistis
·         Susah untuk diam dan mudah ikut-ikutan
·         Rentang Konsentrasi Pendek
·         Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban
·         Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama

b. Karakter Melankolis
Orang yang melankolis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis, penakut, dan kaku. Menganggap segala sesuatu amat penting. Di segala tempat mereka menemukan alasan untuk merasa khawatir dan yang pertama-tama mereka perhatikan dari sesuatu keadaan ialah kesulitan-kesulitannya. Orang yang mempunyai tipe melankolis mempunyai rasa empati yang tinggi. Dia juga tipe pemikir . Orang bertipe ini cenderung mempunyai rasa seni yang tinggi, suka akan gambar, grafik dll, cukup berbakat menjadi seorang seniman entah musik atau pelukis. Mereka juga kadang suka sekali namanya berkorban, bahkan mengorbankan diri mereka sendiri demi orang lain, tidak suka menonjolkan diri lebih memilih bekerja dibalik layar.
Tipe melankolis orangnya super sensitif, Mereka suka yang namanya menyendiri, kadang juga terjebak di masalalu dan suka membesar besarkan masalah. Melankolis umumnya tertutup, kalau ada masalah biasanya diumpetin, kalaupun dibagi, pastilah dibagi dengan orang yang paling diapercaya entah keluarga ataupun teman. Mereka juga kadang suka meremehkan diri mereka sendiri, padahal apa yang dikerjakannya mungkin lebih bagus dengan orang lain.
Ø  Kelebihan Karakter Melankolis antara lain:
·         Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal
·         Sensitif
·         Mau mengorbankan diri dan idealis
·         Standar tinggi dan perfeksionis
·         Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi
·         Sangat memperhatikan orang lain
Ø  Kelemahan Karakter Melankolis antara lain:
·         Cenderung melihat masalah dari sisi negatif dan pendendam
·         Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah
·         Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah
·         Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan
·         Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan
·         Sulit mengungkapkan perasaan

c. Karakter Koleris
Orang yang mempuyai tipe karakter koleris adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis, garang, mudah marah, pengatur, penguasa, pendendam, dan serius. Berkepala panas, mudah sekali dibangkitkan gairahnya, tapi mudah pula jadi tenang jika lawan yang dihadapinya mengaku kalah..
Ø  Kelebihan Karakter Koleris antara lain:
·         Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif
·         Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target
·         Bebas dan mandiri
·         Berani menghadapi tantangan dan masalah
·         Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat
·         Unggul dalam keadaan darurat
Ø  Kelemahan Karakter Koleris antara lain:
·         Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)
·         Senang memerintah dan menyukai kontroversi dan pertengkaran
·         Terlalu kaku dan kuat/ keras
·         Sering membuat keputusan tergesa-gesa
·         Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan
·         Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf

d. Karakter Plegmatis
Orang yang mempuyai karakter plegmatis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan sabar. Ia bertindak atas dasar keyakinan bukan atas dasar dorongan naluri. Temperamennya yang cerah dapat menggantikan ketidakhadiran kecerdikan dan kebijakan di dalam dirinya. Ia bertindak layak dalam bergaul dengan orang lain dan biasanya dapat maju karena kegigihannya dalam mencapai sasaran-sasaran yang dikehendakinya sementara ia bergaya seakan-akan memberi jalan pada orang lain. Orang yang mempunyai tipe karakter plegmatis umumnya menghindari konflik. Mereka juga baik hati, pribadinya tenang rendah hati dan juga penyabar, terlihat kalem. Orang yang mempunyai tipe plegmatis mereka tipe pendegar.Orang yang memiliki tipe plegmatis orangnya simple, nggak mau melibatkan diri dalam konflik bahkan konflik di dirinya sendiri. Kalau disuruh mengambil keputusan sering kali ditunda tunda. Selain males, suka menunda nunda dan ambil enaknya ternyata mereka sedikit egois dan penakut.
Ø  Kelebihan Karakter Plegmatis antara lain:
·         Mudah bergaul, santai, tenang, sabar, teguh, seimbang, dan pendengar baik
·         Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
·         Penengah masalah yg baik
·         Rasa humor yg tajam
·         Berbelaskasihan dan peduli
·         Mudah diajak rukun dan damai
Ø  Kelemahan Karakter Plegmatis antara lain:
·         Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru
·         Takut dan khawatir, menghindari konflik, dan tanggung jawab
·         Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar)
·         Terlalu pemalu dan pendiam
·         Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
·         Menunda-nunda / menggantungkan masalah.

4.      a. Gangguan Kepribadian
Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian (1997 : 242). klasifikasi gangguan kepribadian bermacam-macam, yaitu (http://atpsikologi.blogspot.co.id/2010/02/gangguan-kepribadian.html):      
  1. Kepribadian Paranoid
Kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang lain selalu dilihat sebagai agressor, ingin merugikan, ingin menyakiti, ingin mencelakai, membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia bersikap sebagai pemberontak untuk mempertahankan harga dirinya. Penderita umumnya ditinggalkan teman-temannya dan mendapatkan banyak musuh. Gangguan kepribadian paranoid dibagi dua, yaitu:
  • Kepribadian yang mudah tersinggung, bereaksi terhadap pengalaman sehari-hari secara berlebihan dengan rasa menyerah dan rendah diri, serta cenderung menyalahkan orang lain tentang pengalamannya itu.
  • Kepribadian yang lebih agresif, kasar, serta sangat peka terhadap apa yang dianggap haknya. Cepat tersinggun bila haknya dilanggar dan sangat gigih dalam mempertahankan haknya tersebut.
Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan, cepat merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan adanya negatif, serta mudah sekali tersinggung.
  1. Kepribadian Afektif/Siklotim
Ciri utama dari kepribadian siklotim adalah keadaan perasaan dan emosinya yang berubah-ubah antara depresi dan euforia. Penderita mungkin berhaasil menarik banyak teman karena sifatnya yang ramah, gembira, semangat, hangat, tetapi dikenal pula sebagai orang yang tak dapat diramalkan. Dalam keadaan depresi, penderita dapat menjadi sangat cemas, khawatir, pesimis, bahkan nihilistik.
  1. Kepribadian Skizoid
Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri, menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri, mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku aneh (ekstrinsik). Pemikirannya autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun berlebihan, dan ketidamampuan menyatakan rasa permusuhan.
  1. Kepribadian Eksplosif
Ciri utama tipe ini adalah diperlihatkannya sifat tertentu yang lain dari perilakunya sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah dan agresivitas, sebagai reaksi terhadap stres yang dialaminya (walaupun mungkin stresnya sangat kecil). Segera sesudah itu biasanya ia menyesali perbuatannya.
  1. Kepribadian Anankastik
Ciri utama tipe kepribadian ini adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku, pemalu, disertai dengan pengawasan diri yang tinggi. Orangnya tdak kompromis serta sangat patuh (bahkan berlebihan) pada nora-norma, etika, dan moral. Orang dengan kepribadian ini sering terlambat unutk menikah, karena tuntutannya terlalu tinggi dan takut/ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
  1. Kepribadian Histerik
Ciri utama kepribadian ini adalah sombong, egosentrik, tidak sabilnya emosi, suka menarik perhatian denga afek yang labil, sering berdusta dan menunjukkan pseudologika fantastika (menceritakan secara luas, terperinci, dan kelihatan masuk akal padahal tanpa dasar fakta atau data. Ia dapat menyatakan perasaannya secara tepat dan sering disertai dengan gerakan badaniah dalam berkomunikasi.
  1. Kepribadian Astenik
Ciri utamanya hidup tidak bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga sepanjang kehidupannya. Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang normal dalam kehidupan sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat rendah. Terdapat abulia atau kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu menikmati sesuatu).
  1. Kepribadian Anti Sosial
Ciri utamanya ialah bahwa perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan ornag lain atau lingkungannya. Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma sosial, tidak toleran terhadap kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan ornag lain dengan rasionalisasi. Ia egosentris, idka bertangung jawab, impulsif, agrsif, kebal terhadap rasa sakit, dan idak mampu belajar dari pengalaman ataupun hukuman yang diberikan.
  1. Kepribadian Pasif-Agresif
Tipe ini dibagi menjadi dua, yaitu:
  • Kepribadian pasif dependen, orang dengan tipe kepribadian ini selalu berpikir, merasa, dan bertindak bahwa kebutuhannya akan ketergantungannya itu dapat dipenuhi scara menakjubkan.
  • Kepribadian pasif agresif, orang dengan tipe ini merasa bahwa kebutuhan akan ketergantungan tidak pernah terpenuhi. Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat pasif dan agresif. Agresifitas dapat dinyatakan secara pasif dengan cara bermuka masam, malas, menyabot, dan keras kepala. Perilaku ini merupakan pencerminan dari rasa permusuhan yang dinyatakan secara tertutup, atau rasa tidak puas terhadap seseorang/sesuatu yang kepadanya ia sangat menggantungkan dirinya.
  1. Kepribadian Inadequat
Ciri utama tipe ini adalah ketidakmampuannya secara terus menerus atau berulang-ulang untuk memenuhi harapan atau tuntutan teman atau sebayanya atau kenalannya. Baik dalam respon emosional, intelektual, sosial, maupun fisik. Penderta sendiri tidak merasakan sebagai bebean karena dianggapnya wajar dan harus diterima sebagaimana adanya. Orang dengan tipe ini biasanya juga empunyai kehidupan yang tak terprogram, tidak mampu melaksanakan tugas, serta tidak mau dipaksa untuk melakukan sesuatu.
b. Gangguan Mental
Secara sederhana, gangguan mental dimaknakan sebagai tidak adanya atau kekurangannya dalam hal kesehatan mental. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock, 1994 yang menyatakan gangguan mental itu “as any significant deviation from an ideal state of positive mental health” artinya penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikasi adanya gangguan mental. Pengertian lain, gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan dari norma-norma perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan.
Untuk menentukan jenis-jenis gangguan mental, para ahli sepakat menggunakan kalsifikasi DSM-III, atau singkatan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders revisi ke 3 tahun 1980. Menurut DSM-III, jenis-jenis gangguan mental adalah sebagai berikut :
·         Disorders first evident in infancy, childhood, or adolescence atau penyimpangan/ kekacauan fungsi perkembangan pada masa kanak-kanak dan remaja. Termasuk di dalamnya adalah: retardasi mental, hiperaktif, kecemasan pada anak-anak, penyimpangan perilaku makan (seperti anoreksia), dan semua penyimpangan dari perkembangan yang normal.
·         Organic mental disorders, mencakup di dalamnya semua penyimpangan/ kekacauan mental yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat pengaruh dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traumatik dan kecemasan seperti penyakit kelamin serta pengaruh racun yang masuk ke dalam tubuh seperti penggunaan alkohol yang kelewat batas.
·         Substance use disorders, mencakup di dalamnya semua peyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh pengaruh zat-zat kimia, seperti penggunaan narkotika, zat-zat adiktif, psikotropika, alkohol, nikotin, dan sebagainya.
·         Schizophrenic disorders, atau kelompok penyimpangan/kekacauan kepribadian sehingga tidak mampu berhubungan lagi dengan realitas atau kenyataan.
·         Paranoid disorders, atau perasaan curiga terhadap segala sesuatu yang berlebihan seperti perasaan seakan-akan dirinya diintai terus-menerus, perasaan seakan-akan semua orang membencinya, dan sebagainya.
·         Affective disorders, atau depresi berat yang membuat seseorang selalu tidak bergairah murung, dan apatis.
·         Anxiety disorders, atau kecemasan yang berlebihan seperti kecemasan akan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan sebagainya.
·         Somatoform disorders, yaitu kerusakan pada organ tubuh atau timbulnya penyakit parah yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasan yang berlarut-larut, tetapi bila diteliti secara medis tidak ditemukan adanya penyakit atau gangguan medis lainnya
·         Dissociative disorders, gangguan temporal yang menyebabkan gagalnya fungsi memory atau hilangnya kontrol terhadap emosi, seperti amnesia dan kasus kepribadian ganda (multiple personality).
·         Psychosexual disorders, termasuk di dalamnya semua penyimpangan identitas seksual (transexual), kemampuan seksualitas (impoten, ejakulasi dini, frigiditas), dan kelainan seksual (menikmati hubungan seks dengan anak kecil, dengan binatang, atau dengan mayat). Homoseksualitas termasuk di dalamnya jika orang tersebut tidak menikmati keadaannya sebagai seorang homoseks.
·         Conditions not attributable to a mental disorder, atau kondisi-kondisi yang tidak termasuk dalam kegagalan/kekacauan mental, seperti masalah-masalah rumit yang membuat seseorang harus mencari jalan keluarnya (seperti masalah perkawinan), hubungan orang tua dengan anak, atau kekerasan terhadap anak-anak.
·         Personality disorders, ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial.

  1. Gangguan Kebiasaan
Istilah gangguan kebiasaan terjadi secara terus menerus, sebagian besar disengaja dan tanpa dikendalikan oleh fungsi motorik anak. Karena kebiasaan yang terus diulang, mereka akan melawan perubahan. Sigmund Freud pernah mengamati, “banyak dari kita tidak sadar tentang kebiasaan”. Seringkali kita melakukan kebiasaan tanpa menyadari bahwa kita melakukannya.
Orang tua cenderung percaya bahwa kebiasaan tersebut tidak akan menimbulkan masalah, mereka menganggap anak akan “mengatasi” sendiri. Dengan cara ini mereka tidak harus mengahadapi masalah dengan memikirkan kedepannya, kejujuran dan rencana tindakan yang pasti untuk mengatasinya. Faktanya, anak-anak biasanya tidak lepas dari kebiasaan. Kecenderungan kebiasaan tersebut akan tumbuh dan mendarah daging pada anak. Selain mengabaikan kebiasaan buruk, orag tua sering kali bangga terhadap mereka yang memiliki kebiasaan tersebut. Mereka tidak menghukum anak mereka yang cenderung bertindak negative dan bertindak tidak menyenangkan di rumah.