1. a.
Paradigma Kepribadian Menurut Freud (Psikoanalisis)
Psikoanalisis merupakan cabang ilmu
yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi
dan perilaku psikologis manusia. Berdirinya Aliran Psikoanalisis semenjak tahun
1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund
Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama
psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada
metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada
menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis
lainnya.
Pada mulanya istilah psikoanalisis
hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis”
dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian
hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga
meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka.
Menurut Freud psikoanalisis mempunyai tiga arti (Bertens
1979) yaitu:
1) Untuk menunjukkan suatu metoda
penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak
terjangkau oleh penelitian ilmiah.
2) Untuk menunjukkan suatu teknik untuk
menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis
3) Untuk menunjukkan seluruh
pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik tersebut.
Ø Struktur
Kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005:17),
kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yaitu: sadar (conscious),
prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Ada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das
Ueber Ich yang memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan
sendiri.
1) das Es (the Id)
Adalah aspek biologis kepribadian
yang paling dasar, sistem didalamnya terdapat naluri-naluri yang merupakan
faktor bawaan. Das Es berfungsi untuk mempertahankan konstansi, maksudnya
membawa seseorang dari keadaan yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan
sehingga prinsip bekerjanya das Es adalah pleasure principle.
2) Das Ich (the ego)
Adalah aspek psikologis dari
kepribadian yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas.
Dalam aspek ini individu diarahkan pada kenyataan. Adapun proses yang ada pada
das Ich yaitu proses sekunder (secondary process) yang bertindak sebagai
penunjuk bagi kenyataan dan berperan sebagai penguji kenyataan atau reality
tester serta dalam memainkan peranannya. Das Ich melibatkan fungsi psikologis
yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara, 1991:34).
3) Das Ueber Ich (the super ego)
Adalah aspek sosiologis dari
kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative.
Menurut Freud Das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari
figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Dalam
menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau
nurani dan egoideal.
Ø Dinamika
Kepribadian
Menurut Freud, dinamika kepribadian
adalah bagaimana energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es,
das Ich, dan das Ueber Ich. Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego
defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah
kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan
das Ueber ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat
dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991:46). 7 macam mekanisme pertahanan ego
menurut Freud adalah sebagai berikut:
1) Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego
untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi
penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidaksadaran.
2) Sublimasi, untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah
dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi
penyebab kecemasan kedalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima dan bahkan
dihargai masyarakat.
3) Proyeksi, pengalihan dorongan, sikap, atau
tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
4) Displacement, pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada
objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
5) Rasionalisasi, upaya individu memutarbalikan kenyataan yang mengancam ego
melalui dialih tertentu yang seakan-akan masuk akal.
6) Pembentukan reaksi, upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan
yang bertentangan dengan norma, dengan cara sebaliknya.
7) Regresi, upaya mengatasi kecemasan dengan
bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Paradigma Kepribadian Menurut Skinner
(Behavioristik)
Skinner adalah tokoh yang tidak tertarik dengan struktural
dari kepribadian. Menurutnya, mungkin dapat diperoleh ilusi yang menjelaskan
dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor tetap dalam kepribadian,
tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan mengubah
lingkungan. Jadi Skinner lebih tertarik dengan aspek yang diubah-ubah dari
kepribadian alih-alih aspek struktur yang tetap (Alwisol,2005:402).
Skinner memusatkan diri pada tingkah laku yang dapat diubah.
Karena itu, ia kurang tertarik pada ciri-ciri tingkah laku yang tampaknya
relative tetap. Prediksi dan penjelasan bisa dicapai lewat pengetahuan tentang
aspek-aspek kepribadian yang bersifat tetap dan dapat diubah. Tetapi kontrol
hanya bisa dicapai lewat modifikasi; kontrol mengimplikasikan bahwa lingkungan
dapat diubah untuk menghasilkan pola-pola tingkah laku yang berbeda. Akan
tetapi Skinner tidak pernah menyatakan bahwa semua faktor yang menentukan
tingkah laku ada dalam lingkungan.
Skinner
juga mengakui bahwa sejumlah tingkah laku memiliki dasar genetik semata-mata,
sehingga pengalaman tidak akan berpengaruh terhadap tingkah laku itu. Skinner
melihat persamaan antara dasar hereditas atau bawaan dan dasar lingkungan dari
tingkah laku, Skinner mengemukakan bahwa proses evolusi membentuk tingkah laku
spesies yang bersifat bawaan sama seperti tingkah laku-tingkah laku individu
yang dipelajari dibentuk oleh lingkungan (A.Supratiknya,1993:326-327). Unsur
kepribadian yang dipandang Skinner relative tetap adalah tingkah laku itu
sendiri. Ada dua klasifikasi tipe tingkah laku (Alwisol;2005:402) yaitu:
- Tingkah laku responden (respondent behavior): Respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon reflex termasuk dalam komponen ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu waktu dipuji.
- Tingkah laku operan (operant behavior): Respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadi proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru.
Dalam memformulasi sistem tingkah laku, Skinner membedakan
dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya,
tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh
stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahui respon. Contoh tingkah
laku respoden itu anatara lain menggigil karena kedinginan, stimulus udara
dingin, sedangkan responnya adalah menggigil. Pada tingakah laku responden juga
bisa dilihat bahwa stimulus yang sama akan menimbulkan respons yang sama pada
semua organisme dari species yang sama, serta tingkah laku responden itu
biasanya menyertakan refles-refleks yang melibatkan sistem otonom.
Skinner tidak yakin bahwa porsi utama dari tingkah laku
manusia terdiri dari refles-refleks sederhana ataupun respons-respons yang
diperoleh melalui pengkondisian klasik. Sebaliknya Skinner yakin bahwa tingkah
laku manusia itu sebagian besar terdiri dari respon-respon kategori kedua,
yakni tingkah laku operan. Tingkah laku operan menurut Skinner diperoleh
melalui pengkondisian operan atau instrumental, ditentukan oleh kejadian yang
mengikiti respons. Artinya dalam tingkah laku operan konsekuensi atau hasil
dari tingkah laku akan menentukan kecenderungan organisme untuk mengulang
ataupun menghentikan tingkah lakunya itu dimasa yang akan datang. Jika hasil
yang diperoleh oraganisme melalui tingkah lakunya itu positif, maka organisme akan
mengulang ataupun mempertahankan tingkah lakunya itu. Sebaliknya jika hasil
dari tingkah laku itu negative, maka tingkah laku tersebut oleh oraganisme akan
dihentikan atau tidak diulang. Untuk memperjelas pemahaman mengenai
tingkah laku operan, kita bisa mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari
berupa pengkondisian operan dari tingkah laku atau respons menangis pada anak
kecil.
Konsep perkuatan yang digunakan dalam pengkondisian operan
ini menduduki peranan kunci dalam teori Skinner. Skinner mengemukakan bahwa ia
menemukan kemungkinan menggunakan jadwal-jadwal perkuatan tidak tetap secara
kebetulan, yakni sebagai hasil dari penyelesaian kesulitan praktis yang
dihadapinya. Jadwal perkuatan semacam ini, yang disebut perkuatan sinambung,
bisa digunakan pada permulaan pengkondisian operan (E.koswara,1991:78-83).
Menurut Skinner variabilitas intensita tingkah laku itu
dapat dikembalikan kepada variable lingkungan. Konsep motivasi yang menjelaskan
variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan bukan fungsi dari keadaan
energi, tujuan, dan jenis penyebab semacamnya.
Ø Dinamika Kepribadian Behavioristik
1) Kepribadian dan Belajar
Kepedulian utama dari Skinner adalah mengenai perubahan
tingkah laku. Jadi hakikat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu
menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu.
Kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan
organisme harus belajar merespon situasi baru itu memakai respon lama atau
memakai respon yang baru dipelajari. Dia yakin bahwa kepribadian dapat difahami
dengan mempertimbangkan pertimbangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus
menerus dengan lingkungannya. Cara efektif untuk mengubah dan mengontrol
tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan, suatu strategi kegiatan yang
membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada
masa yang akan datang. Konsep dasarnya sangat sederhana yakni bahwa semua
tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi tingkah laku itu (Alwisol,2005:403).
2) Generalisasi dan Deskriminasi
Stimulus
Generalisasi stimulus adalah proses timbulnya respon dari
stimulus yang mirip dengan stimulus yang mestinya menimbulkan respon itu.
Sedangkan diskriminasi stimulus adalah kemampuan untuk membedakan stimulus,
sehingga stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang
diberi penguat. Generalalisasi dan diskriminasi sangat penting sebagai sarana
belajar, karena kalau keduanya tidak ada, orang tidak belajar sama sekali. Kita
selalu belajar dari permulaan, dan kita terus menerus akan belajar tingkah laku
baru kalau tidak ada generalisasi, karena tidak ada orang yang dapat berada
dalam situasi yang sama persis dan melakukan respon yang sama persis pula.
Menurut Skinner, generalisasi stimulus itu memiliki arti
penting bagi integritas tingkah laku individu. Tanpa adanya generalisasi
stimulus, tingkah laku individu akan terbatas dan tidak terintegritas,
yang menyebabkan individu tersebut harus selalu mengulang-ulang
pembelajarannya, bagaiman bertingkah laku secar layak. Disamping generalisasi
stimulus, menurut Skinner individu mengembangkan tingkah laku adaptif atau
penyesuaian diri melalui kemampuan membedakan atau diskriminasi stimulus.
Deskriminasi stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni
suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai
stimulus yang berbeda. Menurut Skinner, kemampuan mendiskriminasikan stimulus
itu pada setiap orang tidaklah sama. (E.Koswara,1991: 94-95)
3) Tingkah Laku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan Skinner adalah: Tingkah laku
disebabkan dan dipengaruhi oleh variable eksternal. Tidak ada sesuatu dalam
diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan internal, yang mempengaruhi tingkah
laku. Namun betapapun kuatnya stimulus dan penguat eksternal, manusia masih
dapat mengubahnya memakai proses kontrol diri. Pengertian kontrol diri ini
bukan mengontrol kekuatan dalam diri, tetapi bagaimana diri mengontrol
variable-variabel luar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku tetap
ditentukan oleh variable luar, namun dengan cara kontrol diri berikut, pengaruh
variable itu dapat diperbaiki-diatur atau dikontrol.
Ø Perkembangan Kepribadian
Behavioristik
Sebagian besar teori Skinner adalah tentang perubahan
tingkah laku, belajar, dan modifikasi tingkah laku, karena itu dapat dikatakan
bahwa teorinya yang paling relevan dengan perkembangan kepribadian. Bersama
dengan banyak teoritikus, Skinner yakin bahwa pemahaman tentang kepribadian
akan tumbuh dari tinjauan tentang perkembangan tingkah laku manusia dalam
interaksinya yang terus menerus dengan lingkungan. Konsep kunci dalam sistem
Skinner adalah prinsip perkuatan, maka pandangan Skinner seringkali disebut
teori perkuatan operan (E.Koswara,1991:331).
Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju
kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima
Skinner. Memang ada kemasakan fisik, yang membuat orang menjadi berubah, lebih
peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon.
Urutan kemasakan fungsi fisik yang bersifat universal sesungguhnya memungkinkan
penyusunan periodesasi perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan Skinner
karena dia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah
laku (Alwisol,2005:413-414).
Skinner menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa kepribadian
tidak lain adalah kumpulan pola tingkah laku, Skinner yakin kita dapat
memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan perkembangan-perkembangan ini
dengan melihat bagaimana prinsip perkuatan mampu menjelaskan tingkah laku
individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan tahap respon-responnya
dimasa lalu. Jadwal perkuatan juga dapat dibentuk dengan mengabaikan faktor
waktu dan banyaknya hadiah yang diperoleh itu semata-mata tergantung pada
tingkah lakunya sendiri (Ferster dan Skinner,1957; Skinner,1969).
Skinner yakin bahwa pemerkuat-pemerkuat terkondisi atau
pemerkuat-pemerkuat sekunder sangat penting untuk mengontrol tingkah laku
manusia. Perkuatan terkondisi merupakan suatu konsep eksplanatorik atau
penjelasan yang sangat bisa diandalkan. Jadi, pengertian tentang perkuatan
terkondisi adalah penting dalam sistem Skinner, dan seperti akan kita liat
bahwa Skinner menggunakannya secara efektif untuk menjelaskan dipertahankan
atau terpelihara banyak respon yang terjadi sebagai bagian dari tingkah laku
sosial kita.
Pengertian tentang Generalisasi stimulus juga penting dalam
sistem Skinner, sebagaimana pengertian itu penting dalam semua teori
kepribadian yang berasal dari belajar. Skinner tidak merumuskan generalisasi
stimulus maupun deskriminasi stimulus dalam arti proses perseptual atau proses
internal lainnya. Skinner merumuskan masing-masing konsep itu sebagai
hasil-hasil pengukuran respon dalam situasi eksperimental yang dikontrol secara
cermat. Kebanyakan aspek kepribadian muncul dalam suatu konteks sosial, dan
tingkah laku sosial merupakan ciri penting tingkah laku manusia pada umumnya.
Satu-satunya ciri tingkah laku sosial adalah fakta bahwa Skinner melibatkan
interaksi antara dua orang atau lebih. Selain itu, tingkah laku sosial tidak
dipandang berbeda dari tingkah laku lainya, sebab Skinner yakin bahwa
prinsip-prinsip yang menentukan perkembangan tingkah laku dalam suatu
lingkungan yang terdiri dari benda-benda hidup. (A.Supratiknya,1993:331-345)
c. Paradigma Kepribadian Menurut Rogers (Humanistik)
Tokoh psikologi humanistik selain
Abraham Maslow, adalah Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat
metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien
(client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan
pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang
asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah,
subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). Rogers lebih
mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga
komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers,
yaitu : organisme, medan fenomena, dan self.
1) Organime,
mencakup :
- Makhluk hidup
Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial
terdapat dalam kesadar setiap saat.
- Realitas subjektif
Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau
dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan
benar-salah.
- Holisme
Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada
satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna
pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan
mengembangkan diri.
2) Medan fenomena
Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan
pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang
tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang
sepanjang hidupnya.
3) Self
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers, yang intinya adalah :
- terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu.
- bersifat integral dan konsisten.
- menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman.
- dapat berubah karena kematangan dan belajar.
Ø Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme
mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh
hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin
berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan.
Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang
berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami,
dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995
:136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami
kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah
laku, yaitu :
- Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.
- Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
- Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Ø Perkembangan kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan
dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang
secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom,
sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan
bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian.
Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan
tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga
dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut
Rogers adalah individu yang memakaikapasitas dan bakatnya, merealisasi
potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri
dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang
berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) Terbuka untuk mengalami (openess
to experience).
2) Hidup menjadi (existential living).
3) Keyakinan organismik (organismic
trusting).
4) Pengalaman kebebasan (experiental
freedom).
5) Kreativitas (creativity)
2. Konsep
Dasar Karakter
Lickona
mengemukakan bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing),
sikap moral(moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan
tiga konsep tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan
kebaikan.[6] Lickona pun menjelaskan bahwa konsep
moral memiliki beberapa komponen, yaitu: kesadaran moral, pengetahuan nilai
moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan
pengetahuan sendiri. Sedangkan sikap moral memiliki
komponen tersendiri yaitu:
1) Kata hati
Kata hati atau biasa disebut dengan hati nurani dapat
mengetahui dan menerapkan cara bertindak yang benar. Hati nurani yang kuat
adalah suara hati yang membantu kita membedakan hal yang baik dan yang buruk.
Ini adalah landasan yang kuat untuk mencapai kehidupan yang baik dan beretika.
2) Rasa percaya diri
Rasa percaya diri adalah rasa yang muncul dari efek yang
kita kerjakan apabila hal yang kita kerjakan adalah hal yang baik. Dan rasa ini
menghasilkan suatu kepuasan dan semangat tersendiri melalui hal yang baik. Dan
sebaliknya apabila kita melakukan sesuatu yang tidak baik, maka secara spontan
kita akan menjadi pesimis dan juga malu.
3) Empati
Empati adalah memahami dan merasakan kekhawatiran orang
lain. Empati merupakan inti emosi moral yang membantu sesweorang memahami
perasaan orang lain. Sehingga emosi yang kuat mendorong seseorang untuk
bertindak benar, karena bias melihat kesusahahn orang lain. Dan dari adanya
sikap tersebut akan mencegah melakukan hal yang dapat melukai orang lain.
4) Cinta kebaikan
Cinta kebaikan akan menimbulkan dan menunjukkan kepedulian
terhadap kesejahteraan dan dan perasaan orang lain. Sehingga dengan membiasakan
perbuatan cinta kebaikan akan menikmati betapa indahnya kebaikan yang kita
lakukan untuk orang lain.
5) Pengendalian diri
Pengendalian diri adalah mengendalikan pikiran dan tindakan
agar dapat menahan dorongan dari dalam maupundari luar, sehingga dapat
bertindak dengan benar berdasarkan hati nurani. Dan dapat menahan diri dari
hawa nafsu sehingga dapat berbuat sesuai hati dan pikiran.
6) Dan kerendahan diri
Rendah diri disini bukanlah kita merendahkan martabat di
depan orang lain, melainkan menghargai orang lain dengan berlaku sopan dan baik
atau sering disebut dengan rasa hormat. Rasa hormat ini adalah yang mendasari
suatu tata karma. Apabila kita ingin dihargai kepada orang lain sebagaimana
kita mengahargai orang lain, maka kehidupan didunia ini akan bermoral.
Perilaku
moral terdiri dari komponen:
1) Kemampuan
2) Kemauan
3) Kebiasaan
Kelengkapan moral yang telah dijabarkan tadi apabila telah
dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut akan mempunyai pribadi yang tangguh
dan kuat, dan akan membentuk karakter yang baik dan unggul. Dan dari situlah
akan terwujud suatu insan yang dapat menjaga diri dan moral yang baik serta
dapat dipertanggung jawabkan. Karena dalam masyarakat umumnya, suatu moral yang
terdapat dalam diri seseorang akan dikaitksn dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.
Seperti contoh seorang anak yang telah dididik oleh orang
tuanya semenjak kecil dengan mengkonsumsikannya perilaku yang baik . maka
lambat laun anak tersebut akan selalu melakukan hal yang baik yang diajarkan
oleh orang tuanya. Sehingga masyarakat menilai perilaku tersebut adalah
perilaku yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Untuk itu dari konsep dasar yang telah dijabarkan tadi,
dapat dipraktekkan dan di sebarkan dalam masyarakat sekitar kita guna menjadi
penerus bangsa yang berkarakter dan bermoral dengan baik dan juga dapat
membuahkan hasil yang baik pula. Konsep dasar karakter di Indonesia, terdapat
konsep dasar yang masih alami, yaitu yang pertama konsep
dasar menurut adat dan kebudayaan, seperti halnya adat di jawa. Di
jawa sangat banyak karakter yang harus di sebar luaskan, yaitu seperti halnya
wewarah yang sering dilakukan orang tua kepada anaknya guna untuk mendidik
karakternya. Dan juga biasanya terdapat dalam lagu daerah. Misalnya yaitu lagu
sluku-sluku bathok.
Yang kedua yaitu, konsep dasar karakter menurut agama. Di
Indonesia terdapat berbagai agama karena banyaknya suku dan adat. Untuk itu
banyak pula konsep dasar yang dijadikan panutan di setiap agama tersebut.
Misalkan agama islam, pasti akan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, dan sebagai
uswatun hasanah yaitu nabi Muhammad Saw yang telah menjadi pemimpin umat islam
seluruhnya. Berbeda dengan penganut agama Kristen yang lebih berlandaskan
dengan kitab injilnya. Dan sedangkan agama hindu akan berlandaskan dengan buku
pegangan umat tersebut yaitu buku yang berjudul hak asasi manusia dalam Hindu
yang mengutip sejumlah surat dalam Yajurveda, dll.
3. a.
Karakter Sanguin
Orang yang mempunyai tipe karakter sanguine
adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup mudah
berganti haluan, ramah, mudah bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak
mudah putus asa. Orang dengan tipe sanguis terkenal dengan banyak omongnya, dan
memiliki kemampuan komunikasi yang baik serta mengusasai pembicaraan. sanguis
memiliki hasrat untuk bersenang senang yang tinggi, mereka suka akan ketenaran,
perhatian, kasih sayang, dan dukungan dari orang lain. Tipe sanguis juga
memiliki rasa optimistis yang tinggi, humoris dan mudah bergaul, emosi mereka
juga seperti Plegmatis yaitu cepat berubah. Orang tipe sanguin umumnya
berfikiran pendek, sulit berkonsentrasi dan tidak teratur. Mereka dapat stres
jika terjebak dalam situasi yang mana hidupnya terasa tidak menyenangkan karna
orang sanguin takut untuk tidak popular.
Ø Kelebihan Karakter Sanguin antara
lain:
·
Suka bicara, antusias, menyenangkan dan ekspresif
·
Secara fisik memegang pendengar, emosional, dan demonstrative
·
Ceria dan penuh rasa ingin tahu
·
Mudah berubah dan kekanak-kanakan
·
Senang berkumpul dan mudah memaafkan
·
Menyukai hal-hal yang spontan
Ø Kelemahan Karakter Sanguin antara
lain:
·
Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)
·
Membesar-besarkan suatu hal / kejadian dan egoistis
·
Susah untuk diam dan mudah ikut-ikutan
·
Rentang Konsentrasi Pendek
·
Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban
·
Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama
b. Karakter Melankolis
Orang yang melankolis adalah orang yang memiliki tipe
kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram,
pesimistis, penakut, dan kaku. Menganggap segala sesuatu amat penting. Di
segala tempat mereka menemukan alasan untuk merasa khawatir dan yang
pertama-tama mereka perhatikan dari sesuatu keadaan ialah
kesulitan-kesulitannya. Orang yang mempunyai tipe melankolis mempunyai rasa
empati yang tinggi. Dia juga tipe pemikir . Orang bertipe ini cenderung
mempunyai rasa seni yang tinggi, suka akan gambar, grafik dll, cukup berbakat
menjadi seorang seniman entah musik atau pelukis. Mereka juga kadang suka
sekali namanya berkorban, bahkan mengorbankan diri mereka sendiri demi orang
lain, tidak suka menonjolkan diri lebih memilih bekerja dibalik layar.
Tipe melankolis orangnya super
sensitif, Mereka suka yang namanya menyendiri, kadang juga terjebak di masalalu
dan suka membesar besarkan masalah. Melankolis umumnya tertutup, kalau ada
masalah biasanya diumpetin, kalaupun dibagi, pastilah dibagi dengan orang yang
paling diapercaya entah keluarga ataupun teman. Mereka juga kadang suka
meremehkan diri mereka sendiri, padahal apa yang dikerjakannya mungkin lebih
bagus dengan orang lain.
Ø Kelebihan Karakter Melankolis antara
lain:
·
Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal
·
Sensitif
·
Mau mengorbankan diri dan idealis
·
Standar tinggi dan perfeksionis
·
Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi
·
Sangat memperhatikan orang lain
Ø Kelemahan Karakter Melankolis antara
lain:
·
Cenderung melihat masalah dari sisi negatif dan pendendam
·
Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah
·
Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah
·
Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan
·
Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan
·
Sulit mengungkapkan perasaan
c. Karakter Koleris
Orang yang mempuyai tipe karakter
koleris adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup
penuh semangat, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, optimistis,
garang, mudah marah, pengatur, penguasa, pendendam, dan serius. Berkepala
panas, mudah sekali dibangkitkan gairahnya, tapi mudah pula jadi tenang jika
lawan yang dihadapinya mengaku kalah..
Ø Kelebihan Karakter Koleris antara
lain:
·
Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif
·
Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target
·
Bebas dan mandiri
·
Berani menghadapi tantangan dan masalah
·
Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat
·
Unggul dalam keadaan darurat
Ø Kelemahan Karakter Koleris antara
lain:
·
Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)
·
Senang memerintah dan menyukai kontroversi dan pertengkaran
·
Terlalu kaku dan kuat/ keras
·
Sering membuat keputusan tergesa-gesa
·
Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan
·
Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
d. Karakter Plegmatis
Orang yang mempuyai karakter plegmatis adalah orang yang
memiliki tipe kepribadian yang khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang,
tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, santai dan sabar. Ia bertindak atas
dasar keyakinan bukan atas dasar dorongan naluri. Temperamennya yang cerah
dapat menggantikan ketidakhadiran kecerdikan dan kebijakan di dalam dirinya. Ia
bertindak layak dalam bergaul dengan orang lain dan biasanya dapat maju karena
kegigihannya dalam mencapai sasaran-sasaran yang dikehendakinya sementara ia
bergaya seakan-akan memberi jalan pada orang lain. Orang yang mempunyai tipe
karakter plegmatis umumnya menghindari konflik. Mereka juga baik hati,
pribadinya tenang rendah hati dan juga penyabar, terlihat kalem. Orang yang
mempunyai tipe plegmatis mereka tipe pendegar.Orang yang memiliki tipe plegmatis
orangnya simple, nggak mau melibatkan diri dalam konflik bahkan konflik di
dirinya sendiri. Kalau disuruh mengambil keputusan sering kali ditunda tunda. Selain
males, suka menunda nunda dan ambil enaknya ternyata mereka sedikit egois dan
penakut.
Ø Kelebihan Karakter Plegmatis antara
lain:
·
Mudah bergaul, santai, tenang, sabar, teguh, seimbang, dan
pendengar baik
·
Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
·
Penengah masalah yg baik
·
Rasa humor yg tajam
·
Berbelaskasihan dan peduli
·
Mudah diajak rukun dan damai
Ø Kelemahan Karakter Plegmatis antara
lain:
·
Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru
·
Takut dan khawatir, menghindari konflik, dan tanggung jawab
·
Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar)
·
Terlalu pemalu dan pendiam
·
Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
·
Menunda-nunda / menggantungkan masalah.
4. a.
Gangguan Kepribadian
Kaplan dan Saddock mendefinisikan
kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai
kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian
relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah
suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan
maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian (1997
: 242). klasifikasi gangguan kepribadian
bermacam-macam, yaitu (http://atpsikologi.blogspot.co.id/2010/02/gangguan-kepribadian.html):
- Kepribadian Paranoid
Kepribadian paranoid adalah
gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang lain selalu
dilihat sebagai agressor, ingin merugikan, ingin menyakiti, ingin mencelakai,
membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia bersikap sebagai pemberontak untuk
mempertahankan harga dirinya. Penderita umumnya ditinggalkan teman-temannya dan
mendapatkan banyak musuh. Gangguan kepribadian paranoid dibagi dua, yaitu:
- Kepribadian yang mudah tersinggung, bereaksi terhadap pengalaman sehari-hari secara berlebihan dengan rasa menyerah dan rendah diri, serta cenderung menyalahkan orang lain tentang pengalamannya itu.
- Kepribadian yang lebih agresif, kasar, serta sangat peka terhadap apa yang dianggap haknya. Cepat tersinggun bila haknya dilanggar dan sangat gigih dalam mempertahankan haknya tersebut.
Persamaan
kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan, cepat merasakan
bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan adanya negatif, serta mudah sekali
tersinggung.
- Kepribadian Afektif/Siklotim
Ciri utama dari kepribadian
siklotim adalah keadaan perasaan dan emosinya yang berubah-ubah antara depresi
dan euforia. Penderita mungkin berhaasil menarik banyak teman karena sifatnya
yang ramah, gembira, semangat, hangat, tetapi dikenal pula sebagai orang yang
tak dapat diramalkan. Dalam keadaan depresi, penderita dapat menjadi sangat
cemas, khawatir, pesimis, bahkan nihilistik.
- Kepribadian Skizoid
Sifat-sifat kepribadian ini adalah
pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri, menghindari kontak sosial dengan
orang lain. Ciri utamanya adalah cara menyesuaikan diri dan mempertahankan diri
ditempuh dengan menarik diri, mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku
aneh (ekstrinsik). Pemikirannya autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun
berlebihan, dan ketidamampuan menyatakan rasa permusuhan.
- Kepribadian Eksplosif
Ciri utama tipe ini adalah
diperlihatkannya sifat tertentu yang lain dari perilakunya sehari-hari, yaitu
ledakan-ledakan amarah dan agresivitas, sebagai reaksi terhadap stres yang
dialaminya (walaupun mungkin stresnya sangat kecil). Segera sesudah itu
biasanya ia menyesali perbuatannya.
- Kepribadian Anankastik
Ciri utama tipe kepribadian ini
adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku, pemalu, disertai dengan pengawasan
diri yang tinggi. Orangnya tdak kompromis serta sangat patuh (bahkan
berlebihan) pada nora-norma, etika, dan moral. Orang dengan kepribadian ini
sering terlambat unutk menikah, karena tuntutannya terlalu tinggi dan
takut/ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
- Kepribadian Histerik
Ciri utama kepribadian ini adalah
sombong, egosentrik, tidak sabilnya emosi, suka menarik perhatian denga afek
yang labil, sering berdusta dan menunjukkan pseudologika fantastika
(menceritakan secara luas, terperinci, dan kelihatan masuk akal padahal tanpa
dasar fakta atau data. Ia dapat menyatakan perasaannya secara tepat dan sering
disertai dengan gerakan badaniah dalam berkomunikasi.
- Kepribadian Astenik
Ciri utamanya hidup tidak
bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga sepanjang kehidupannya.
Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang normal dalam kehidupan
sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat rendah. Terdapat abulia atau
kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu menikmati sesuatu).
- Kepribadian Anti Sosial
Ciri utamanya ialah bahwa
perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan ornag lain atau lingkungannya.
Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma sosial, tidak toleran terhadap
kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan ornag lain dengan rasionalisasi.
Ia egosentris, idka bertangung jawab, impulsif, agrsif, kebal terhadap rasa
sakit, dan idak mampu belajar dari pengalaman ataupun hukuman yang diberikan.
- Kepribadian Pasif-Agresif
Tipe
ini dibagi menjadi dua, yaitu:
- Kepribadian pasif dependen, orang dengan tipe kepribadian ini selalu berpikir, merasa, dan bertindak bahwa kebutuhannya akan ketergantungannya itu dapat dipenuhi scara menakjubkan.
- Kepribadian pasif agresif, orang dengan tipe ini merasa bahwa kebutuhan akan ketergantungan tidak pernah terpenuhi. Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat pasif dan agresif. Agresifitas dapat dinyatakan secara pasif dengan cara bermuka masam, malas, menyabot, dan keras kepala. Perilaku ini merupakan pencerminan dari rasa permusuhan yang dinyatakan secara tertutup, atau rasa tidak puas terhadap seseorang/sesuatu yang kepadanya ia sangat menggantungkan dirinya.
- Kepribadian Inadequat
Ciri utama tipe ini adalah
ketidakmampuannya secara terus menerus atau berulang-ulang untuk memenuhi
harapan atau tuntutan teman atau sebayanya atau kenalannya. Baik dalam respon
emosional, intelektual, sosial, maupun fisik. Penderta sendiri tidak merasakan
sebagai bebean karena dianggapnya wajar dan harus diterima sebagaimana adanya.
Orang dengan tipe ini biasanya juga empunyai kehidupan yang tak terprogram,
tidak mampu melaksanakan tugas, serta tidak mau dipaksa untuk melakukan
sesuatu.
b. Gangguan Mental
Secara sederhana, gangguan mental
dimaknakan sebagai tidak adanya atau kekurangannya dalam hal kesehatan mental.
Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock,
1994 yang menyatakan gangguan mental itu “as any significant deviation
from an ideal state of positive mental health” artinya penyimpangan
dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikasi adanya gangguan
mental. Pengertian lain, gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan
dari norma-norma perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan.
Untuk
menentukan jenis-jenis gangguan mental, para ahli sepakat menggunakan
kalsifikasi DSM-III, atau singkatan dari Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders revisi ke 3 tahun 1980. Menurut DSM-III, jenis-jenis gangguan
mental adalah sebagai berikut :
·
Disorders first evident in infancy, childhood, or
adolescence atau penyimpangan/ kekacauan fungsi perkembangan pada masa
kanak-kanak dan remaja. Termasuk di dalamnya adalah: retardasi mental,
hiperaktif, kecemasan pada anak-anak, penyimpangan perilaku makan (seperti
anoreksia), dan semua penyimpangan dari perkembangan yang normal.
·
Organic mental disorders, mencakup di dalamnya semua
penyimpangan/ kekacauan mental yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat
pengaruh dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traumatik dan kecemasan
seperti penyakit kelamin serta pengaruh racun yang masuk ke dalam tubuh seperti
penggunaan alkohol yang kelewat batas.
·
Substance use disorders, mencakup di dalamnya semua
peyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh pengaruh zat-zat kimia,
seperti penggunaan narkotika, zat-zat adiktif, psikotropika, alkohol, nikotin,
dan sebagainya.
·
Schizophrenic disorders, atau kelompok
penyimpangan/kekacauan kepribadian sehingga tidak mampu berhubungan lagi dengan
realitas atau kenyataan.
·
Paranoid disorders, atau perasaan curiga terhadap segala
sesuatu yang berlebihan seperti perasaan seakan-akan dirinya diintai
terus-menerus, perasaan seakan-akan semua orang membencinya, dan sebagainya.
·
Affective disorders, atau depresi berat yang membuat
seseorang selalu tidak bergairah murung, dan apatis.
·
Anxiety disorders, atau kecemasan yang berlebihan seperti
kecemasan akan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan sebagainya.
·
Somatoform disorders, yaitu kerusakan pada organ tubuh atau
timbulnya penyakit parah yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti
kecemasan yang berlarut-larut, tetapi bila diteliti secara medis tidak
ditemukan adanya penyakit atau gangguan medis lainnya
·
Dissociative disorders, gangguan temporal yang menyebabkan
gagalnya fungsi memory atau hilangnya kontrol terhadap emosi, seperti amnesia
dan kasus kepribadian ganda (multiple personality).
·
Psychosexual disorders, termasuk di dalamnya semua
penyimpangan identitas seksual (transexual), kemampuan seksualitas (impoten,
ejakulasi dini, frigiditas), dan kelainan seksual (menikmati hubungan seks
dengan anak kecil, dengan binatang, atau dengan mayat). Homoseksualitas
termasuk di dalamnya jika orang tersebut tidak menikmati keadaannya sebagai
seorang homoseks.
·
Conditions not attributable to a mental disorder, atau
kondisi-kondisi yang tidak termasuk dalam kegagalan/kekacauan mental, seperti
masalah-masalah rumit yang membuat seseorang harus mencari jalan keluarnya
(seperti masalah perkawinan), hubungan orang tua dengan anak, atau kekerasan
terhadap anak-anak.
·
Personality disorders, ketidakmampuan seseorang untuk
berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial.
- Gangguan Kebiasaan
Istilah gangguan kebiasaan terjadi secara terus
menerus, sebagian besar disengaja dan tanpa dikendalikan oleh fungsi motorik
anak. Karena kebiasaan yang terus diulang, mereka akan melawan perubahan.
Sigmund Freud pernah mengamati, “banyak dari kita tidak sadar tentang
kebiasaan”. Seringkali kita melakukan kebiasaan tanpa menyadari bahwa kita
melakukannya.
Orang tua cenderung percaya bahwa kebiasaan tersebut
tidak akan menimbulkan masalah, mereka menganggap anak akan “mengatasi”
sendiri. Dengan cara ini mereka tidak harus mengahadapi masalah dengan
memikirkan kedepannya, kejujuran dan rencana tindakan yang pasti untuk
mengatasinya. Faktanya, anak-anak biasanya tidak lepas dari kebiasaan.
Kecenderungan kebiasaan tersebut akan tumbuh dan mendarah daging pada anak.
Selain mengabaikan kebiasaan buruk, orag tua sering kali bangga terhadap mereka
yang memiliki kebiasaan tersebut. Mereka tidak menghukum anak mereka yang
cenderung bertindak negative dan bertindak tidak menyenangkan di rumah.