Rabu, 26 Oktober 2016

Perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini



PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK USIA DINI
Tugas ini disusun untuk memenuhi
Mata Kuliah Perkembangan dan Kreatifitas Anak Usia Dini
Dosen pengampu: Dr. Santoso M.Pd.
                                                  
Kelas : B
Semester : 3 (Tiga)

Disusun oleh:

1.      Vivi Elita Yahya              ( 201531042)

BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang mempunyai pengertian yang berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan antara yang satu degan lainnya.  Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang menunjukkan perubahan yang dapat diamati secara fisik. Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan sebagainya. Sementara itu, perkembangan merupakan proses kualitatif yang menunjukkan bertambahnya kemampuan (ketrampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang beraturan dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
Tahap perkembangan manusia memiliki fase-fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, pada umumnya perkembangan digambarkan dalam periode-periode atau fase-fase tertentu. Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (1993) meliputi urutan sebagai berikut:  Periode pra kelahiran (prenatal period), periode bayi (infacy period), periode awal anak-anak (early childhood period), periode pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood period), periode remaja (adolescence period), periode awal dewasa (early adulthood period), periode pertengahan dewasa (middle adulthood period), dan periode akhir dewasa (late adulthood period).
Perkembangan anak usia dini adalah masa-masa kritis yang menjadi fondasi anak untuk kehidupannya dimasa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian dari potensi kecerdasan manusia berkembang dengan pesat pada usia dini.
1.2 Rumusan Masalah
  1. Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
  2. Apa Definisi Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini?
  3. Bagaimana Perkembangan Anak Usia 0 – 2 Tahun?
  4. Apa Saja Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini?
  5. Bagaimana Perkembangan Psiko-Sosial Anak Usia Dini?
  6. Apa Saja Perkembangan Anak Usia 2-6 Tahun?
  7. Apa Saja Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini?
  8. Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini?
  9. Apa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini?
  10.  Apa jenis-jenis permasalahan kesulitan belajar pada Anak Usia Dini?

1.3 Tujuan Makalah
1.      Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
2.      Apa Definisi Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini?
3.      Bagaimana Perkembangan Anak Usia 0 – 2 Tahun?
4.      Apa Saja Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini?
5.      Bagaimana Perkembangan Psiko-Sosial Anak Usia Dini?
6.      Apa Saja Perkembangan Anak Usia 2-6 Tahun?
7.      Apa Saja Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini?
8.      Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini?
9.      Apa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini?
10.  Apa jenis-jenis permasalahan kesulitan belajar pada AUD?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan alam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik.
Selain dari pengertian diatas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta semakin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau adanya kematangan pada diri individu.
Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antaraspek-aspek fisik dan psikis merupakan satu kesatuan yang harmonis. (contoh: anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-hurufdan diberi latihan oleh orang tuanya). Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan padasaat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memehami bentuk huruf telah diperoleh.
Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Selain itu perubahan juga bersifat  progresif, yang berarti bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat an mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh, perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang bersifat sedehana berkembang kearah yang lebih berkesinambungan merupakan ciri lain dari perubahan yang terjadi, artinya perubahan itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncat-loncat atau karena unsur kebetulan. Contoh, agar anak mampu berlari maka sebelumnya anak harus mapu berdiri dan merangkak terlebih dahulu.
Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.


2.2 PERKEMBANGAN ANAK USIA 0 – 2 TAHUN
Periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga usia 24 bulan (0 -2 tahun) disebut sebagai periode atau masa bayi (infacy period). Masa ini merupakan masa yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial hanya sebagai permulaan.
Banyak ahli yang menyebut masa bayi sebagai masa fital, karena kondisi masa bayi merupakan pondasi pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Masa bayi dimulai dengan kelahiran yang diikuti dengan tangis pertama. Bayi lahir tanpa diikuti tangis pertama, harus diupayakan supaya menangis, misalnya pantatnya dipukul-pukul secara perlahan-lahan, dikipasi, atau dimasukan udara kedalam paru-parunya. Tangis pertama merupakan tanda masuknya udara keparu-paru, sehingga paru-paru berkembang dan mulai berfungsi. Jika udara tidak masuk ke paru-paru maka dapat menyebabkan kematian. 
Secara umum pada masa bayi (usia 0-2 tahun), individu mengalami perubahan yang pesat bila dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang berupa: keterampilan lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan untuk bereaksi secara emosional dan sosial terhadap orang-orang di sekelilingnya.
Individu dianggap sehat secara fisik apabila menampakkan pola urutan kematangan yang umum pada peristiwa biologis dari susunan saraf pusat yang menyebabkan timbulnya fungsi psikologis. Timbul kemampuan bicara antara usia satu sampai dengan tiga tahun pada hampir semua anak merupakan gambaran dari kematangan fungsi psikologis pada usia tersebut. Seorang bayi yang baru berusia tiga bulan barang kali dapat mengeluarkan bunyi atau suara (berceloteh), namun otak seorang bayi yang baru berumur tiga bulan belum cukup matang untuk dapat mengerti pembicaraan ataupun berbicara. Sementara itu, anak berusia 2 tahun yang otaknya sudah cukup matang, tidak akan berbicara bila tidak berhubungan terlebih dahulu dengan orang lain.
Beberapa refleks anak menusu atau refleks-refleks sementara  yang dimiliki bayi yang baru lahir antara lain:
a.      Refleks moro; Refleks ini tampak pada gerakan bayi mengembangkan tangannya melebar ke samping, melebarkan jari-jarinya lalu mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat seakan-akan ingin memeluk seseorang. Refleks ini disebut juga refleks peluk.
b.      Refleks mencium-cium atau “rooting-reflex”; Refleks ini ditimbulkan oleh stimulasi taktil pada pipi atau daerah mulut. Bayi memutar-mutar kepalanya seakan-akan mencari punting susu.
c.       Refleks hisap; Refleks hisap biasanya timbul bersama-sama dengan rangsang pipi. Refleks ini mempunyai fungsi eksploratif yang menenangkan.
d.      Refleks genggam atau refleks Darwin,; Refleks ini dapat dibuktikan dengan membuat rangsang melalui goresan jari melalui bagian dalam lengan anak ke arah telapak tangannya. Bila rangsang hampir sampai pada telapak tangan maka telapak tangan akan terbuka. Selanjutnya bila jari diletakkan pada telapak tangan, maka anak akan menutup telapak tangannya tadi.
e.       Refleks Babinski (refleks genggam kaki). Bila ada rangsang pada telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak ke atas dan jari-jari lain membuka. Kedua refleks genggam ini akan menghilang pada sekitar 6 bulan.
2.3 Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Jean Piaget sebagaimana dikutip oleh Daehler & Bukatko (1985) mengklasifikasi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan yaitu:
a. Tahap Sensory-Motor; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia   0-2  tahun
b.  Tahap Pre-Operational; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun
c. Tahap Concrete-Operational; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun
d. Tahap Formal-Operational; perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun
Sebagian besar psikolog terutama para kognitivis (ahli psikologi kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia telah berlangsung sejak dilahirkan (Syah, 2008: 66). Selama perkembangan dalam periode sensori motor yakni sejak lahir sampai dengan usia dua tahun, intelegensi yang dimiliki individu masih bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Sekalipun primitif dan terkesan tidak penting, namun intelegensi sensori motor merupakan intelegensi dasar yang sangat berarti sebagai fondasi bagi intelegensi tipe-tipe tertentu yang akan dimiliki individu di kemudian hari.
2.4 Perkembangan Psiko-Sosial Anak Usia Dini
Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian, serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Meskipun dalam pemenuhan kebutuhannya bayi masih sangat tergantung kepada pengasuhnya, namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sejak lahir, pengalaman bayi semakin bertambah dan ia berpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya sendiri, mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa memiliki kedekatan dan keterikatan emosional dengan orang-orang penting dalam hidupnya. Hal ini terlihat misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh orang yang tidak dikenalnya, dan dia menyambut hangat ketika didatangi oleh ibu atau bapaknya. Bayi juga berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara-cara yang lebih halus, seperti ikut bermain  bersama saudaranya yang lebih tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan perasaan atau kebutuhanya dengan caranya sendiri. Misalnya, ketika orang tuanya memberikan makanan tertentu, ia menolak, tetapi ketika yang memberikan makanan tersebut adalah baby sister yang mengasuhnya, ia menerimanya dengan perasaan senang.
Berikut ini dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan perkembangan  psikososial pada masa bayi.
a.    Perkembangan Emosi
Emosi adalah sebuah istilah yang sudah cukup popular, namun maknanya yang tepat masih membingungkan, baik dikalangan ahli psikologi maupun  ahli filsafat. Emosi adalah sebuah kata atau istilah yang sangat identik dengan perasaan. Emosi dan perasaan merupakan suasana psikis atau suasana batin yang dihayati seseorang pada suatu saat. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, namun perbedaan di antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan jelas. Perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup, sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis, bergejolak, dan terbuka. Secara sederhana emosi dapat dikatakan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman, teriakan, tubuh gemetar, dansebaginya).
Memahami secara pasti kondisi emosi bayi merupakan hal yang sangat sulit karena sifat emosi yang sangat subyektif, sehingga informasi mengenai emosi tersebut hanya dapat diperoleh dari individu yang bersangkutan dengan cara introspeksi yang dilakukannya. Sementara itu, bayi sesuai dengan usianya yang masih sangat muda tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik.
b.  Perkembangan Temperamen
Temperamen (tabiat, perangai) merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Temperamen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh. Menyatakan bahwa temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan.
Sejak lahir bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi yang sangat aktif menggerakan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi merespon dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel, dan susuah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.
2.5 PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-6 TAHUN
Periode kanak-kanak awal atau early childhood period (usia 2-6 tahun) merupakan usia prasekolah. Pada masa ini, pada umumnya anak-anak mulai menjalani masa pendidikan pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) baik pada jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan  non formal. Pada jenjang ini, anak-anak diberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani dalam rangka mempersiapkan mereka agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut, yaitu pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi (infacy period). Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua tahun menjelang anak matang secara seksual, di mana pertumbuhan fisik pada waktu itu kembali berkembang dengan pesat. Meskipun selama masa kanak-kanak secara umum pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.
2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
a.    Pertumbuhan dan perubahan bentuk tubuh
Prosentase kenaikan tinggi dan berat badan pada usia ini mulai menurun dibandingkan dengan masa sebelumnya (periode bayi). Perubahan atau prosentase tinggi dan berat badan badan tersebut terus berlangsung setiap tahun. Otot-otot perut menjadi lebih ramping karena mengalami pengetatan. Anak laki-laki cenderung memiliki kelebihan massa otot dibandingkan dengan anak perempuan. Seiring dengan bertambahnya tinggi badan, baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami perampingan dan bentuk tubuh menjadi lebih atletis. Dalam kasus ini perlu untuk diketahui bahwa pertumbuhan fisik pada anak selalu bervariasi dan tidak sama. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik yaitu faktor hereditas (keturunan atau asal usul etnis)  dan asupan gizi.
b.    Perkembangan otak
Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dana pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung didalam dan diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting pada perkembangan sejumlah kemampuan anak-anak.
c.    Perkembangan motorik
Perkembangan motorik (motor skills)  sangat berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan keterampilan motorik meliputi keterampilan motorik kasar (gross motor skills) dan keterampilan motorik halus (fine motor skills). Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting untuk dikembangkan agar anak-anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik ini antara lain dapat dilihat dari perubahan kemampuan atau fungsi fisik untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya saja, seorang anak yang berusia sekitar tiga tahun sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia empat tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Ketika kurang lebih telah berusia lima tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju mundur, jalan cepat, dan pelan-pelan, melompat, berjingkrak, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih baik, halus, dan bervariasi. Pada usia sekitar lima tahun anak sudah dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat, seperti menangkap bola dengan baik, melukis, menulis, menggunting, melipat kertas, dan sebagainya.
c.    Permainan
Permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada masa anak-anak awal, sebab anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain dibanding dengan terlibat aktifitas lain.  Kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya yang terjadi pada masa ini juga terjalin dalam bentuk permainan. Desmita (200:141-142) mengemukakan tiga fungsi utama permainan sebagai berikut:
1.      Fungsi kognitif; melalui permainan anak-anak dapat menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya, dan belajar memacahkan masalah yang dihadapinya
2.      Fungsi sosial; permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak
3.      Fungsi emosi; permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosialnya, belajar mengatasi konflik batin dan kegelisahan
Berdasarkan observarsi terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun Patern menemukan 3 kategori permainan anak-anak sebagai berikut:
a.       Permainan unoccopied, anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol
b.      Permainan onlooker, anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain
c.       Permainan pararel , anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukat alat permainan.
2.               Perkembangan gender
Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gender. Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender, yaitu rasa laki-laki atau perempuan. Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah. Pengetahuan tentang ketiga aspek gender tersebut dinamakan sebagai peran jenis kelamin, atau stereotip gender. Pada umumnya, secara psikologis anak mencapai ketetapan gender pada usia tujuh sampai dengan sembilan tahun (Desmita, 2010: 146-147). Jadi, dalam perkembangan psikososial ini anak akan belajar untuk mengembangkan kepercayaan identitas gender  sesuai dengan tugas dari perkembangan itu sendiri, yakni menbedakan jenis kelamin. Pada tahap ini anak akan bisa mengarahkan dirinya pada sikap jenis kelamin mana yang mereka kehendaki, yang pada akhirnya mereka akan memperoleh ketetapan gender.
e.    Perkembungan kepribadian dan moral
Masa ini disebut masa perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam diri anak-anak, yaitu dia mulai sadar akan akunya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain. Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntunan dan tanggung jawab. Oleh karena itu agar tidak berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol, pihak orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang, dan tidak bersikap keras.
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosial (orang tua, saudara, dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, anak akan belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik, diterima, dan disetujui atau perilaku mana yang buruk, yang tidak boleh, yang ditolak, dan tidak disetujui. Berdasarkan pemahaman itu, maka pada masa itu anak harus dilatih atau dibiasakan mengenal bagaimana dia harus bertingkah laku yang baik, seperti mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, berdoa sebelum makan, dan sebagainya.

2.6 Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini
Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak kecil sifatnya individual dan kontekstual. Bayi dapat mengalami dan menghayati secara langsungkeadaan disekitarnya melalui indera mereka seperti melihat, mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan. Bayi yang berkembang secara normal akan secara aktif memfungsikan inderanya untuk menangkap, merasakan, dan menghayati hal-hal yang ada di luar dirinya secara langsung. Namun aktivitas bayi secara biologis, psikologis, dan sosiologis berbeda dengan anak kecil, remaja atau dewasa. Seekor anak itik baru tetas dari telur bisa langsung berenang, tetapi bayi tidak langsung berjalan. Ia masih belum berdaya meskipun memiliki potensi untuk berkembang. Karena itu ia memerlukan bantuan dari orang dewasa agar ia bisa tumbuh mengenal dan memahami lingkungannya.
Dengan demikian orang dewasa sangat memegang peranan penting dalam membantu anak dalam ketidakberdayaannya melalui sosialisasi nilai-nilai, kebiasaan, dan norma-norma kehidupan sosial. Hubungan yang hangat dan positif antara orang dewasa dengan bayi dan anak-anak akan membantu bayi dan anak kecil untuk dapat mengembangkan rasa percaya diri terhadap lingkungan. Selain itu, orang dewasa perlu mengajarkan nilai-nilai dasar bagi pengembangan disiplin, kemandirian, dan tanggung jawab anak. Misalnya anak mulai dilatih, dibiasakan, dan dididik untuk dapat mengatur diri sendiri seperti makan, berpakain, mandi serta buang air. Dalam hal ini orangtua, para pengasuh, dan tenaga profesional perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode dan teknik pedidikan, bimbingan da pengembangan anak usia dini.
Selanjutnya agar pendidik dapat menanamkan dan mengajarkan disiplin pada anak maka tentunya harus mengetahui dengan jelas taraf  perkembangan menurut usia anak dan beberapa prinsip dasar sehingga dapat membimbing anak tersebut. Ciri-ciri perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1.        Seumur hidup(life-long) adalah tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan individu.
2.        Multidimensional  adalah terdiri atas biologis,kognitif,dan sosial
3.        Multidirectional adalah beberapa komponen dari satu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan,sementara komponen lain menurun. Misalnya, orang dewasa dapat semakin aif tetapi kecepatan memproses informasi lebih buruk.
4.        Lentur(plastis) adalah bergantung pada kondisi kehidupan individu
2.7  Faktor-faktor yang mempengaruhi anak usia dini
A.  Faktor lingkungan
Faktor lingkungan disini ialah berupa lingkungan fisik yang ada di PAUD deperti halnya adanya suara,cahaya,suhu,dan desain kelaas. Apabila lingkungan fisik tersebut terkontrol dengan baik maka anak usia dini akan merasa nyaman dalam belajar.
Contohnya : ketika desaian ruangan di dalam lingkungan kelas belajar di desaian dengan sangat menarik,anak akan lebih tertarik dan semangat untuk belajar.
B.   Faktor sosial
Faktor sosial ini sangat berpengaruh dalam perkembangan kecakapan sosial anakakan belajar bagaimana bekerja sama,berinteraksi,sehingga anak akan belajar menghargai orang lain. Ketika faktor sosial berperan sangat baik di dalam pendidikan anak usia dini,maka perkembangan belajar anakpun nantinya juga akan meningkat,khususnya dalam bidang sosial
C. Faktor emosi
Faktor emosi berkaitan dengan motivasi anak dalam belajar. Ketika anak memiliki emosi yang bagus dia akan semangat dalam belajar dan ketika mereka sedang dalam emosi yang tidak bagus anak usia dini cenderung tidak mau untuk diajak belajar. Karena kondisi emosi tiap anak berbeda-beda,maka pendidik memiliki tugas ekstra untuk mencari strategi yang dapat membangkitkan motivasi mereka dalam belajar.
D. Faktor fisik
Faktor fisik dalam anak usia dini harus memerlukan kesiapa fisik yang cukup baik untuk belajar. Kesiapan fisik yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan kondisi anak yang berkaitan dengan kondisi dengan makan dan minum,istirahat,kecukupan waktu tidur,dan aktivitas yang dilakukan. Ketika kondisi anak tidak dalam keadaan baik,misalnya terlalu lelah,hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana anak dalam belajar. Ketika anak lelah anak akan tidak semangat lagi dalam belajar. Oleh karena itu faktor kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran di PAUD harus memperhatikan hal tersebut sehingga kegiatan dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.
2.8 Aspek-aspek perkembangan Anak usia dini
Menurut catron dan allen menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini. Diantaranya :
1.    Kesadaran personal : perkembangan kesadaran sosial bermain mendukung anakk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru,bereksplorasi. Meniru dan mempraktekkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun ketrampilan menolong diri sendiri, ketrampilan ini membuat anak untuk mengenal diri mereka dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
2.    Pengembangan emosi : melalui permainan anak dapt belajar menerima berekspresi dan mengatasi masalah
3.    Membangun sosialisasi : kemamuan sosialisai dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme.
4.    Kemampuan berbahasa anak : memperluas kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan serta mengekspresikan kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan.
5.    Pengembangan kognitif : memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan.
6.    Pengembangan kemampuan motorik : kesempatan yang luas untuk bergerak pengalaman belajar untuk menemukan aktivitas sensorik motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil. Memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan preseptual motorik.
2.9 Permasalahan kesulitan anak usia dini
Masalah ganngguan belajar kerap kali dijumpai pada anak-anak. Masalah ini bisa timbul disekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian(kosentrasi),gangguan daya ingat,gangguan membaca,menulis,berhitung,dll. Dampak yang dialami oleh anak yang mengalami gangguan belajar bukan hanya pada proses tumbuh kembangnya,tetapi juga berdampak pada proses tumbuh kembangnya,tetapi jyga berdampak pada proses interaksi anak tersebut dengan lingkungannya. Terkadang bukan keharmonisan keluarga juga dapat terganggu,diantara kedua orang tua saling menyalahkan,merasa frustasi,marah,dll.
Kesulitan belajar adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan adanya kesenjangan antara taraf intelegensi dengan kemampuan akademik yang harus dicapai.
A. Ciri-ciri anak kesulitan belajar  
1.      Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya.
2.      Memiliki kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata.
3.      Dibandingkan anak seusianya,penguasaan jumlah katanya lebih sedikit(terbatas)>
4.      Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan ditemukan.
5.      Sulit mempelajari dan mengenali angka,huruf,dan nama-nama hari.
6.      Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat.
7.      Sering gelisah yang berlebihan.
8.      Mudah terganggu kosentrasinya.
9.      Sulit berinteraksi dengan teman sesuainya.
10.  Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya.
B.  Jenis-jenis kesulitan belajar :
1.      Gangguan membaca(disleksia)
Gangguan membaca adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada anak yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
Contoh : kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.
2.      Gangguan menulis(disgrafia)
Gangguan menulis adalah gangguan belajar yang terjadi karena anak kesulitan dalam mendengar,berbicara,menulismenganalisis,dan memecahkan persoalan.
Contoh: sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel kertas.



BAB III
PEUNUTUP
3.1 KESIMPULAN
Periode perkembangan yang merentang  pada usia 0-6 tahun dapat dikatakan sebagai periode perkembangan anak usia dini. Periode ini dimulai setelah melewati periode prenatal, yaitu  periode prakelahiran (prenatal period) yakni sejak dari pembuahan hingga kelahiran. Sesuai dengan klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (1993), periode ini (0-6 tahun) termasuk dalam klasifikasi periode bayi (infacy period) yaitu periode yang merentang antara usia 0-2 tahun dan  periode kanak-kanak awal (early childhood period) yang merentang antara usia 2-7 tahun.
Setidaknya ada tiga aspek penting yang dapat dilihat pada pertumbuhan dan perkembangan pada periode bayi, yaitu aspek fisik-motorik, aspek kognitif, dan aspek psikososial. Pada aspek fisik motorik, pertumbuhan dan perkembangan masa bayi tandai dengan pertumbuhan fisik yang sangat cepat, bahkan perubahan fisik yang paling cepat dibandingkan dengan periode-periode sesudahnya. Perkembangan bayi pada aspek ini juga ditandai dengan mulai berkembangnya beberapa refleks. Refleks-refleks tersebut merupakan modal dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan yang bersifat aktif. Beberapa dari refleks ini akan menghilang dalam waktu tertentu dan disebut refleks anak menusu atau refleks bayi. Sedangkan sebagian refleks yang tidak hilang disebut refleks permanen. Beberapa pola dan tingkah laku motorik pada bayi makin lama makin bertambah baik serta terkoordinasi, makin cermat, dan makin tepat. Kemampuan anak untuk dapat duduk, berdiri, berjalan, dan sebagainya tergantung pada kematangan system saraf dan otot, dan kesempatan untuk mempraktekkan kemampuan motorik. Walaupun kemampuan kematangan dapat berkembang tanpa pelajaran khusus, namun pembatasan kesemptan untuk mempraktekkan dapat menghalangi perkembangannya. Selain itu latihan khusus dapat memfasilitasi perkembangan motorik.





DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, 2011, Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.
Desmita., 2010, Psikilogi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutirna. 2013. Perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.yogyakarta: penerbit andi
Kartono,Kartini., 1999, Psikologi Anak, Bandung: Bandar Maju.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar