1.
PENGERTIAN,TEORI-TEORI, UNSUR-UNSUR PERUBAHAN SOSIAL
PENDIDIKAN
Tugas
ini untuk memenuhi mata kuliah
SosioAntropologi Pendidikan
Dosen
pengampu: Dra.
Sutarti, SE., MM.

Diusun
oleh:
1. Vivi
Elita Yahya 201531042
2.
Nurul Aini 201531054
3.
Waskita Giri S 201531069
BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
2016
Pengertian
PAUD
Menurut Mansur
(2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan
pada masa mendatang.
Menurut Yuliani Nurani Sujiono
(2009: 7) anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.
Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age).
Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2.
Tujuan
PAUD
Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait
dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. secara khusus tujuan yang
ingin dicapai, adalah :
1. Dapat
mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan
hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
2. Dapat
memahami perkembangan kreatifitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait
dengan pengembangannya.
3. Dapat
memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini.
4. Dapat
memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.
5. Dapat
memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi pengembangan anak usia
kanak-kanak.
Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup
dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan
pendidikan bertujuan agar:
- Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Contoh : pendidik mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita sayangi.
- Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-garakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca indera). Contoh: menari, bermain bola, menulis ataupun mewarnai.
- Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar. Contoh : ketika sudah melakukan pembahasan tema, diberikan kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah diberikan.
- Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Contoh : mencari pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan berusaha memecahkan masalah dan memberika alasan tersebut.
- Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap postif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.
- Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif. Contoh : anak yang senang dan menyukai dengan musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya, ataupun ketika diminta melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu melakukannya.
Selain itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah :
- Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
- Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
- Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat)
- Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.
3.
Hakekat
PAUD
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang
akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan pada tahap ini
memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social education. Sesuai
dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan
bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini. Upaya PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi
termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan
PAUD dilakukan secara terpadu dan komprehensif.
Pendidikan
anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan
oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan
pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui
dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara
mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan
melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh kerena anak merupakan
pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka
lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan
kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai
suasana, hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan
tahap perkembangan kepribadian anak.
Menurut Bredecam dan Copple, Brener,
serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005) hakekat anak usia dini adalah sebagai
berikut:
1.
Anak bersifat unik.
2.
Anak mengekspresikan
perilakunya secara relatif spontan.
3.
Anak bersifat aktif dan
enerjik.
4.
Anak itu egosentris dan
emosi.
5.
Anak memiliki rasa ingin
tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak
hal.
6.
Anak bersifat eksploratif
dan berjiwa petualang.
7.
Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8.
Anak masih mudah
frustrasi.
9.
Anak masih kurang
pertimbangan dalam bertindak.
10.
Anak memiliki daya
perhatian yang pendek.
11.
Masa anak merupakan masa
belajar yang paling potensial.
12.
Anak semakin menunjukkan
minat terhadap teman.
4. Jenis Satuan Pendidikan PAUD
Jenis
satuan pendidikan PAUD di bedakan menjadi dua jalur yaitu:
1.
PAUD jalur Formal
Pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:
a.
Taman Kanak-Kanak (TK)
b.
Raudhotul Awal (RA)
TK
(Taman Kanak-Kanak)
dan Raudhotul Awal (RA)adalah Bentuk
satuan PAUD yang menyelenggarakan program bagi anak usia 4 sampai dengan 6
tahun secara lebih terstruktur. TK, RA, atau bentuk lain yang
sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki program pembelajaran 1
(satu) tahun atau 2 (dua) tahun.
2. PAUD jalur Nonformal
Pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:
- KB (Kelompok Bermain)
KB (Kelompok Bermain) adalah Bentuk satuan PAUD yang
menyelenggarakan program bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun dengan
toleransi sampai dengan 6 tahun, jika di tempat tersebut belum tersedia layanan
TK.
- TPA (Taman Penitipan Anak)
TPA
(Taman Penitipan Anak) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program
pendidikan dan pengasuhan bagi anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun.
- SPS (Satuan PAUD Sejenis)
SPS (Satuan PAUD Sejenis) adalah Bentuk-bentuk layanan PAUD
lainnya yang penyelenggaraannya dapat diinterintegrasikan dengan berbagai
layanan anak usia dini yang ada di masyarakat seperti Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu), BKB (Bina Keluarga Balita), TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an), TAPAS
(Taman Pendidikan Anak Soleh), SPAS (Sanggar Pendidikan Anak Soleh), Bina
Anaprasa, PAK (Pembinaan Anak Kristen), BIA (Bina Iman Anak Katolik), dan semua
layanan anak usia dini yang berada di bawah binaan lembaga agama lainnya; serta
semua kelompok layanan anak usia dini yang berada di bawah binaan organisasi
wanita/organisasi kemasyarakatan. Salah satu bentuk program SPS adalah Pos
PAUD, yaitu program PAUD yang diintegrasikan dengan layanan Posyandu dan BKB.
Kelompok bermain, taman
penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis
menyelenggarakan pendidikan dalam konteks:
a. Bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran agama dan ahlak
mulia.
b. Bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran sosial dan
kepribadian.
c. Bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran estetika.
d. Bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan.
e. Bermain sambil belajar dalam rangka merangsang minat kepada ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5.
Mengembangkan
Pengendalian Diri anak PAUD
Pengendalian diri adalah kemampuan
yang penting untuk dipelajari oleh anak-anak. Pengendalian diri menyangkut
memiliki kendali seseorang atas tindakannya sendiri. Pengendalian diri juga
berarti dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak.
Anak-anak harus diajarkan pengendalian diri sejak usia dini
sehingga mampu membuat pilihan-pilihan sendiri dalam bertindak dan bertanggung
jawab atas tindakan mereka tersebut.
Mengajarkan kemampuan pengendalian diri kepada anak-anak
akan membantu mereka bergaul dengan orang lain, membuat pilihan-pilhan yang
bijaksana dan membuat mereka aman. Mengajarkan pengendalian diri dimulai dari
dini dan merupakan proses yang tak pernah berhenti.
Orang tua yang bijak memahami bahwa tiap anak adalah
individu yang memilki kehendak sendiri. Kehendak anak dan kebutuhannya untuk
bertindak sesuai keinginannya sendiri harus berimbang dengan kebutuhan orang
lain dan batasan-batasan pada diri kita untuk menjamin keamanan dan
kelangsungan hidup.
Mengajarkan pengendalian diri kepada anak meliputi membantu
mereka untuk:
·
Berpikir sebelum bertindak
·
Mengendalikan impuls
·
Mempertimbangkan konsekuensi yang akan diterima
·
Membuat pilihan yang aman dan dapat diterima
Strategi Umum dalam Mengajarkan
Pengendalian Diri kepada Anak-anak:
Penting untuk memilih sasaran yang
sesuai dengan usia anak. Untuk anak usia pra sekolah, sasaran yang tepat dapat
meliputi tidak menyela pembicaraan dan tidak bertengkar dengan saudaranya.
Beberapa strategi yang sering membantu anak-anak belajar bertingkah laku dengan
pengendalian diri misalnya:
·
Time Out: Ajarkan anak-anak untuk melakukan
jeda atau “time out” untuk menyingkir dari situasi dimana mereka merasa marah
atau kesal.
·
Ajarkan dan berikan perhatian: Anak-anak dapat belajar menahan diri
untuk tidak menyela pembicaraan orang lain dengan memperhatikan kapan orang
lain tidak sedang berbicara sehingga mereka dapat bergabung. Pastikan bahwa
anak cukup mendapat perhatian pada waktu yang tepat sehingga anak tidak merasa
tidak diperhatikan dan menyela dengan tidak sopan.
·
Berikan penghargaan yang tepat: Anak-anak memerlukan umpan balik
yang positif yang konsisten agar dapat belajar bertingkah laku yang baik.
Pujian dan perhatian sangat berharga bagi anak seperti juga halnya waktu-waktu spesial
bersama orang tua. Pastikan anak-anak anda tahu tingkah laku seperti apa yang
anda harapkan dari mereka.
·
Gunakan aktivitas khusus yang
dirancang untuk mengajarkan pengaturan diri: Orang tua dapat membantu mengajarkan
anak-anak bahkan yang masil kecil (usia 5-8 tahun) cara-cara meningkatkan
pengendalian diri dengan menggunakan aktivitas-aktivitas berikut ini. Cara-cara
ini meliputi mengatasi situasi-situasi. Menginginkan sesuatu yang tidak
dimiliki, memahami perasaan, dan mengendalikan kemarahan.
6.
Karakteristik
Pembelajaran PAUD
Kegiatan
pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono
dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138) pada dasarnya adalah pengembangan
kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah
pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini
berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Atas dasar pendapat di
atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar,
bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran
untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi
(Slamet Suyanto, 2005: 133). “Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian
rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak
belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta
manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan, Hasil
belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman
sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.” Kegiatan
ini adalah kegiatan rutinitas bagi anak usia dini, kegiatan ini diselenggarakan
di PAUD adalah untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal, bermakna dan menyenangkan.
2. Pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan
Menurut
Masitoh Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal
penting, yaitu :
a. berorientasi
pada usia yang tepat.
b. berorientasi
pada individu yang tepat.
c. Berorientasi
pada konteks social budaya.
Pembelajaran yang berorientasi pada
perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus
diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar
tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. Manusia merupakan
makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru
dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi
harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan
individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus
mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program
pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga,
masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.
3. Belajar
Kecakapan Hidup
PAUD mengembangkan diri anak secara
menyeluruh. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang
fisik-motorik, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa. Dalam buku
Selamet Suryanto, tujuan belajar kecakapan hidup ialah agar kelak anak
berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang
mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu
hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.
Belajar memiliki fungsi untuk
memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya. Belajar kecakapan hidup
adalah salah satu cara mengasah kemampuan bertahan hidup. Hal tersebut adalah
untuk membekali anak sebagai makhluk individu dan sosial dimasa yang akan
datang.
4. Belajar
dari Benda Konkrit
Anak
usia 5-6 tahun menurut Piaget (1972) adalah anak sedang dalam taraf
perkembangan kognitif fase Pra-Operasional. Anak belajar dengan baik
melalui benda-benda nyata. Pada tahap selanjutnya objek permanency sudah mulai berkembang. Anak dapat
belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-ciriya meskipun bendanya sudah
tidak ada.
5. Belajar
Terpadu
Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, pembelajaran diberikan secara terpadu, tidak belajar
mata pelajaran tertentu. Hal ini didasarkan atas berbagai kajian keilmuan PAUD,
bahwa anak belajar segala sesuatu dari fenomena dan objek yang ditemui. Pembelajaran
terpadu dengan tema dasar tertentu dikenal dengan pembelajaran tematik.
Tema dasar dipilih dari kejadian sehari-hari yang dialami oleh sisiwa. Dalam
tema dasar yang dipilih dikembangkan menjadi tema-tema yang banyak yang disebut
unit tema. Pemilihan unit tema, didasarkan atas berbagai pertimbangan, seperti
muatan kurikulum, pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap yang ingin
dikembangkan.
Kesimpulan
Anak Usia Dini
adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini merupakan
masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.
Pendidikan
anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan
oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan
pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui
dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara
mengamati, meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan
melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh kerena anak merupakan
pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka
lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan
kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai
suasana, hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan
tahap perkembangan kepribadian anak.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Kurikulum Hasil Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas, Jakarta, 2002.
Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyadi. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sujiono, Yuliani Nurani.2009.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT INDEKS.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar