PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK
USIA DINI
Tugas ini disusun untuk memenuhi
Mata Kuliah Perkembangan dan Kreatifitas Anak Usia
Dini
Dosen
pengampu: Dr. Santoso M.Pd.

Kelas
: B
Semester
: 3 (Tiga)
Disusun
oleh:
1. Vivi Elita Yahya
( 201531042)
BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan dua istilah yang mempunyai pengertian yang berbeda,
namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat bahkan tidak dapat
dipisahkan antara yang satu degan lainnya.
Pertumbuhan merupakan proses kuantitatif yang menunjukkan perubahan yang
dapat diamati secara fisik. Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan sebagainya. Sementara itu,
perkembangan merupakan proses kualitatif yang menunjukkan bertambahnya
kemampuan (ketrampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang beraturan dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan.
Tahap perkembangan manusia memiliki
fase-fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, pada
umumnya perkembangan digambarkan dalam periode-periode atau fase-fase tertentu.
Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan sebagaimana
dikemukakan oleh Santrock (1993) meliputi urutan sebagai berikut: Periode pra kelahiran (prenatal period),
periode bayi (infacy period), periode awal anak-anak (early
childhood period), periode pertengahan dan akhir anak anak (middle and
late childhood period), periode remaja (adolescence period), periode
awal dewasa (early adulthood period), periode pertengahan dewasa (middle
adulthood period), dan periode akhir dewasa (late adulthood period).
Perkembangan anak usia dini adalah masa-masa kritis yang menjadi fondasi
anak untuk kehidupannya dimasa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukan
bahwa sebagian dari potensi kecerdasan manusia berkembang dengan pesat pada
usia dini.
1.2 Rumusan
Masalah
- Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
- Apa Definisi Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini?
- Bagaimana Perkembangan Anak Usia 0 – 2 Tahun?
- Apa Saja Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini?
- Bagaimana Perkembangan Psiko-Sosial Anak Usia Dini?
- Apa Saja Perkembangan Anak Usia 2-6 Tahun?
- Apa Saja Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini?
- Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini?
- Apa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini?
- Apa jenis-jenis permasalahan kesulitan belajar pada Anak Usia Dini?
1.3 Tujuan
Makalah
1.
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
2.
Apa Definisi Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia
Dini?
3.
Bagaimana Perkembangan Anak
Usia 0 – 2 Tahun?
4.
Apa Saja Perkembangan
Kognitif Anak Usia Dini?
5.
Bagaimana Perkembangan
Psiko-Sosial Anak Usia Dini?
6.
Apa Saja Perkembangan Anak
Usia 2-6 Tahun?
7.
Apa Saja Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini?
8.
Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Usia Dini?
9.
Apa Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini?
10. Apa
jenis-jenis permasalahan kesulitan belajar pada AUD?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif,
sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan
mengandung arti adanya perubahan alam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih
banyak menyangkut perubahan fisik.
Selain dari
pengertian diatas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase
tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang
terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta semakin
bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan
terhenti setelah adanya maturasi atau adanya kematangan pada diri individu.
Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan
perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau
saling mempengaruhi antaraspek-aspek fisik dan psikis merupakan satu kesatuan
yang harmonis. (contoh: anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil,
membuat huruf-hurufdan diberi latihan oleh orang tuanya). Kemampuan belajar
menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan
padasaat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memehami
bentuk huruf telah diperoleh.
Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf.
Selain itu perubahan juga bersifat
progresif, yang berarti bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju,
meningkat an mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh,
perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang bersifat sedehana berkembang
kearah yang lebih berkesinambungan merupakan ciri lain dari perubahan yang
terjadi, artinya perubahan itu berlangsung secara beraturan atau berurutan,
tidak bersifat meloncat-loncat atau karena unsur kebetulan. Contoh, agar anak
mampu berlari maka sebelumnya anak harus mapu berdiri dan merangkak terlebih
dahulu.
Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal
yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga
anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.
2.2 PERKEMBANGAN
ANAK USIA 0 – 2 TAHUN
Periode perkembangan yang merentang
dari kelahiran hingga usia 24 bulan (0 -2 tahun) disebut sebagai periode atau
masa bayi (infacy period). Masa ini merupakan masa yang sangat
bergantung kepada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi seperti
bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial hanya
sebagai permulaan.
Banyak ahli yang menyebut masa bayi
sebagai masa fital, karena kondisi masa bayi merupakan pondasi pada pertumbuhan
dan perkembangan selanjutnya. Masa bayi dimulai dengan kelahiran yang diikuti
dengan tangis pertama. Bayi lahir tanpa diikuti tangis pertama, harus
diupayakan supaya menangis, misalnya pantatnya dipukul-pukul secara
perlahan-lahan, dikipasi, atau dimasukan udara kedalam paru-parunya. Tangis
pertama merupakan tanda masuknya udara keparu-paru, sehingga paru-paru
berkembang dan mulai berfungsi. Jika udara tidak masuk ke paru-paru maka dapat
menyebabkan kematian.
Secara umum pada masa bayi (usia 0-2
tahun), individu mengalami perubahan yang pesat bila dibandingkan dengan yang
akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak sudah memiliki kemampuan dan
keterampilan dasar yang berupa: keterampilan lokomotor (berguling, duduk,
berdiri, merangkak dan berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan
(melihat, mencium, mendengar dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan untuk
bereaksi secara emosional dan sosial terhadap orang-orang di sekelilingnya.
Individu dianggap sehat secara fisik
apabila menampakkan pola urutan kematangan yang umum pada peristiwa biologis
dari susunan saraf pusat yang menyebabkan timbulnya fungsi psikologis. Timbul
kemampuan bicara antara usia satu sampai dengan tiga tahun pada hampir semua
anak merupakan gambaran dari kematangan fungsi psikologis pada usia tersebut.
Seorang bayi yang baru berusia tiga bulan barang kali dapat mengeluarkan bunyi
atau suara (berceloteh), namun otak seorang bayi yang baru berumur tiga bulan
belum cukup matang untuk dapat mengerti pembicaraan ataupun berbicara.
Sementara itu, anak berusia 2 tahun yang otaknya sudah cukup matang, tidak akan
berbicara bila tidak berhubungan terlebih dahulu dengan orang lain.
Beberapa refleks anak menusu atau
refleks-refleks sementara yang dimiliki
bayi yang baru lahir antara lain:
a. Refleks moro; Refleks ini
tampak pada gerakan bayi mengembangkan tangannya melebar ke samping, melebarkan
jari-jarinya lalu mengembalikan tangannya dengan tarikan cepat seakan-akan
ingin memeluk seseorang. Refleks ini disebut juga refleks peluk.
b. Refleks mencium-cium
atau “rooting-reflex”; Refleks ini ditimbulkan oleh stimulasi taktil pada
pipi atau daerah mulut. Bayi memutar-mutar kepalanya seakan-akan mencari
punting susu.
c. Refleks hisap;
Refleks hisap biasanya timbul bersama-sama dengan rangsang pipi. Refleks ini
mempunyai fungsi eksploratif yang menenangkan.
d. Refleks genggam atau
refleks Darwin,; Refleks ini dapat dibuktikan dengan membuat rangsang
melalui goresan jari melalui bagian dalam lengan anak ke arah telapak
tangannya. Bila rangsang hampir sampai pada telapak tangan maka telapak tangan
akan terbuka. Selanjutnya bila jari diletakkan pada telapak tangan, maka anak
akan menutup telapak tangannya tadi.
e.
Refleks Babinski (refleks genggam kaki). Bila ada rangsang pada
telapak kaki, ibu jari kaki akan bergerak ke atas dan jari-jari lain membuka.
Kedua refleks genggam ini akan menghilang pada sekitar 6 bulan.
2.3 Perkembangan Kognitif Anak Usia
Dini
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya.
Jean Piaget sebagaimana dikutip oleh
Daehler & Bukatko (1985) mengklasifikasi perkembangan kognitif anak menjadi
empat tahapan yaitu:
a. Tahap Sensory-Motor; perkembangan aspek
kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun
b. Tahap Pre-Operational;
perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun
c. Tahap Concrete-Operational;
perkembangan aspek kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun
d. Tahap Formal-Operational; perkembangan
aspek kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun
Sebagian besar psikolog terutama para kognitivis (ahli psikologi kognitif)
berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia telah berlangsung sejak
dilahirkan (Syah, 2008: 66). Selama perkembangan dalam periode sensori motor
yakni sejak lahir sampai dengan usia dua tahun, intelegensi yang dimiliki
individu masih bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku
terbuka. Sekalipun primitif dan terkesan tidak penting, namun intelegensi
sensori motor merupakan intelegensi dasar yang sangat berarti sebagai fondasi
bagi intelegensi tipe-tipe tertentu yang akan dimiliki individu di kemudian
hari.
2.4 Perkembangan
Psiko-Sosial Anak Usia Dini
Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan
atau emosi dan kepribadian, serta perubahan dalam bagaimana individu
berhubungan dengan orang lain. Meskipun dalam pemenuhan kebutuhannya bayi masih
sangat tergantung kepada pengasuhnya, namun bukan berarti mereka sama sekali
pasif. Sejak lahir, pengalaman bayi semakin bertambah dan ia berpartisipasi
aktif dalam perkembangan psikososialnya sendiri, mengamati dan berinteraksi
dengan orang-orang di sekitarnya.
Bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa memiliki kedekatan dan
keterikatan emosional dengan orang-orang penting dalam hidupnya. Hal ini
terlihat misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh orang yang tidak
dikenalnya, dan dia menyambut hangat ketika didatangi oleh ibu atau bapaknya.
Bayi juga berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara-cara yang lebih
halus, seperti ikut bermain bersama
saudaranya yang lebih tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan perasaan atau
kebutuhanya dengan caranya sendiri. Misalnya, ketika orang tuanya memberikan
makanan tertentu, ia menolak, tetapi ketika yang memberikan makanan tersebut
adalah baby sister yang mengasuhnya, ia menerimanya dengan perasaan senang.
Berikut ini dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
perkembangan psikososial pada masa bayi.
a.
Perkembangan Emosi
Emosi adalah sebuah istilah yang sudah cukup popular, namun maknanya yang
tepat masih membingungkan, baik dikalangan ahli psikologi maupun ahli filsafat. Emosi adalah sebuah kata atau
istilah yang sangat identik dengan perasaan. Emosi dan perasaan merupakan
suasana psikis atau suasana batin yang dihayati seseorang pada suatu saat.
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, namun perbedaan di antara
keduanya tidak dapat dinyatakan dengan jelas. Perasaan menunjukkan suasana
batin yang lebih tenang dan tertutup, sedangkan emosi menggambarkan suasana
batin yang lebih dinamis, bergejolak, dan terbuka. Secara sederhana emosi dapat
dikatakan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak
fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak
(seperti senyuman, teriakan, tubuh gemetar, dansebaginya).
Memahami secara pasti kondisi emosi bayi merupakan hal yang sangat sulit
karena sifat emosi yang sangat subyektif, sehingga informasi mengenai emosi
tersebut hanya dapat diperoleh dari individu yang bersangkutan dengan cara
introspeksi yang dilakukannya. Sementara itu, bayi sesuai dengan usianya yang
masih sangat muda tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik.
b. Perkembangan Temperamen
Temperamen (tabiat, perangai) merupakan salah suatu dimensi psikologis yang
berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Temperamen
adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh.
Menyatakan bahwa temperamen adalah gaya perilaku
seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan.
Sejak lahir bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang
berbeda-beda. Beberapa bayi yang sangat aktif menggerakan tangan, kaki, dan
mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang.
Sebagian bayi merespon dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain
cerewet, rewel, dan susuah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen
seorang bayi.
2.5 PERKEMBANGAN
ANAK USIA 2-6 TAHUN
Periode kanak-kanak awal atau early childhood period (usia 2-6
tahun) merupakan usia prasekolah. Pada masa ini, pada umumnya anak-anak mulai
menjalani masa pendidikan pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) baik
pada jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Pada jenjang ini, anak-anak
diberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani maupun rohani dalam rangka mempersiapkan mereka agar memiliki kesiapan
untuk memasuki pendidikan lebih lanjut, yaitu pada jenjang pendidikan Sekolah
Dasar (SD).
Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi (infacy
period). Pertumbuhan fisik yang lambat ini
berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira dua
tahun menjelang anak matang secara seksual, di mana pertumbuhan fisik pada waktu itu kembali
berkembang dengan pesat. Meskipun selama masa
kanak-kanak secara umum pertumbuhan fisik mengalami
perlambatan, namun ketrampilan-ketrampilan motorik kasar dan motorik halus
justru berkembang pesat.
2.5 Pertumbuhan
dan Perkembangan Fisik
a.
Pertumbuhan dan perubahan bentuk tubuh
Prosentase kenaikan tinggi dan berat badan pada
usia ini mulai menurun dibandingkan dengan masa sebelumnya (periode bayi).
Perubahan atau prosentase tinggi dan berat badan badan tersebut terus berlangsung setiap tahun. Otot-otot perut menjadi
lebih ramping karena mengalami pengetatan. Anak laki-laki cenderung memiliki
kelebihan massa otot dibandingkan dengan anak perempuan. Seiring dengan
bertambahnya tinggi badan, baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami
perampingan dan bentuk tubuh menjadi lebih atletis. Dalam kasus ini perlu untuk diketahui bahwa pertumbuhan fisik pada anak
selalu bervariasi dan tidak sama. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik yaitu faktor hereditas (keturunan atau asal usul etnis) dan asupan gizi.
b. Perkembangan otak
Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal
ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak
terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat
pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata
75% dari otak orang dewasa, dana pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah
mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Pertumbuhan otak selama awal masa
anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang
berujung didalam dan diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu
terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan
ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu
proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan lapisan sel-sel
lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang
berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan
percaya bahwa myelination adalah penting pada perkembangan sejumlah
kemampuan anak-anak.
c. Perkembangan motorik
Perkembangan
motorik (motor skills) sangat
berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak. Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan keterampilan motorik meliputi
keterampilan motorik kasar (gross motor skills) dan keterampilan motorik
halus (fine motor skills). Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan
berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
sangat penting untuk dikembangkan agar anak-anak bisa berkembang dengan
optimal.
Perkembangan
motorik ini antara lain dapat dilihat dari perubahan kemampuan atau fungsi
fisik untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya saja, seorang anak
yang berusia sekitar tiga tahun sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia empat tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Ketika
kurang lebih telah berusia lima tahun anak
sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti
maju mundur, jalan cepat, dan pelan-pelan, melompat, berjingkrak, dan sebagainya
yang semuanya dilakukan dengan lebih baik, halus, dan bervariasi. Pada usia
sekitar lima tahun anak sudah dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu
secara akurat, seperti menangkap bola dengan baik, melukis, menulis, menggunting, melipat kertas, dan
sebagainya.
c. Permainan
Permainan adalah salah satu
bentuk aktifitas sosial yang dominan pada masa anak-anak awal, sebab anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak untuk
bermain dibanding dengan terlibat
aktifitas lain. Kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya yang terjadi pada masa ini juga terjalin dalam bentuk permainan. Desmita
(200:141-142) mengemukakan tiga fungsi utama
permainan sebagai berikut:
1.
Fungsi kognitif; melalui permainan anak-anak dapat menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya, dan belajar
memacahkan masalah yang dihadapinya
2.
Fungsi sosial; permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak
3.
Fungsi emosi; permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah
emosialnya, belajar mengatasi konflik batin dan kegelisahan
Berdasarkan
observarsi terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun Patern menemukan 3 kategori
permainan anak-anak sebagai berikut:
a.
Permainan unoccopied,
anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan
melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol
b.
Permainan onlooker,
anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain
c.
Permainan pararel
, anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak terjadi
kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukat alat permainan.
2.
Perkembangan
gender
Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan
gender. Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas
gender, yaitu rasa laki-laki atau perempuan. Kedua, anak mengembangkan
keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga,
mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin
seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.
Pengetahuan tentang ketiga aspek gender tersebut dinamakan sebagai peran jenis
kelamin, atau stereotip gender. Pada umumnya, secara psikologis anak mencapai
ketetapan gender pada usia tujuh sampai dengan sembilan tahun (Desmita, 2010:
146-147). Jadi, dalam perkembangan psikososial ini anak akan belajar untuk
mengembangkan kepercayaan identitas gender
sesuai dengan tugas dari perkembangan itu sendiri, yakni menbedakan
jenis kelamin. Pada tahap ini anak akan bisa mengarahkan dirinya pada sikap
jenis kelamin mana yang mereka kehendaki, yang pada akhirnya mereka akan
memperoleh ketetapan gender.
e.
Perkembungan kepribadian dan moral
Masa ini disebut masa perlawanan
atau masa krisis pertama.
Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam diri
anak-anak, yaitu dia mulai sadar akan akunya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan
atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang
lain. Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntunan
dan tanggung jawab. Oleh karena itu agar tidak berkembang sikap membandel anak
yang kurang terkontrol, pihak orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana,
penuh kasih sayang, dan tidak bersikap keras.
Pada masa ini, anak sudah
memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosial (orang tua, saudara, dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi
dengan orang lain, anak akan belajar
memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik, diterima, dan disetujui atau perilaku
mana yang buruk, yang tidak boleh, yang ditolak, dan tidak disetujui. Berdasarkan pemahaman itu, maka pada masa itu anak harus dilatih
atau dibiasakan mengenal bagaimana dia harus bertingkah laku yang baik, seperti mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur, berdoa sebelum makan, dan sebagainya.
2.6 Ciri-Ciri
Perkembangan Anak Usia Dini
Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak kecil sifatnya individual
dan kontekstual. Bayi dapat mengalami dan menghayati secara langsungkeadaan
disekitarnya melalui indera mereka seperti melihat, mendengar, mengecap,
mencium, dan merasakan. Bayi yang berkembang secara normal akan secara aktif
memfungsikan inderanya untuk menangkap, merasakan, dan menghayati hal-hal yang
ada di luar dirinya secara langsung. Namun aktivitas bayi secara biologis,
psikologis, dan sosiologis berbeda dengan anak kecil, remaja atau dewasa.
Seekor anak itik baru tetas dari telur bisa langsung berenang, tetapi bayi
tidak langsung berjalan. Ia masih belum berdaya meskipun memiliki potensi untuk
berkembang. Karena itu ia memerlukan bantuan dari orang dewasa agar ia bisa
tumbuh mengenal dan memahami lingkungannya.
Dengan demikian orang dewasa sangat memegang peranan penting dalam membantu
anak dalam ketidakberdayaannya melalui sosialisasi nilai-nilai, kebiasaan, dan
norma-norma kehidupan sosial. Hubungan yang hangat dan positif antara orang
dewasa dengan bayi dan anak-anak akan membantu bayi dan anak kecil untuk dapat
mengembangkan rasa percaya diri terhadap lingkungan. Selain itu, orang dewasa
perlu mengajarkan nilai-nilai dasar bagi pengembangan disiplin, kemandirian,
dan tanggung jawab anak. Misalnya anak mulai dilatih, dibiasakan, dan dididik untuk
dapat mengatur diri sendiri seperti makan, berpakain, mandi serta buang air.
Dalam hal ini orangtua, para pengasuh, dan tenaga profesional perlu memahami
dan mengembangkan berbagai metode dan teknik pedidikan, bimbingan da
pengembangan anak usia dini.
Selanjutnya agar pendidik dapat menanamkan dan mengajarkan disiplin pada
anak maka tentunya harus mengetahui dengan jelas taraf perkembangan menurut usia anak dan beberapa
prinsip dasar sehingga dapat membimbing anak tersebut. Ciri-ciri perkembangan
anak adalah sebagai berikut:
1.
Seumur hidup(life-long) adalah tidak ada periode usia
yang mendominasi perkembangan individu.
2.
Multidimensional
adalah terdiri atas biologis,kognitif,dan sosial
3.
Multidirectional adalah beberapa komponen dari satu
dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan,sementara komponen lain menurun.
Misalnya, orang dewasa dapat semakin aif tetapi kecepatan memproses informasi
lebih buruk.
4.
Lentur(plastis) adalah bergantung pada kondisi
kehidupan individu
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak usia dini
A. Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan disini ialah berupa lingkungan fisik yang ada di PAUD
deperti halnya adanya suara,cahaya,suhu,dan desain kelaas. Apabila lingkungan
fisik tersebut terkontrol dengan baik maka anak usia dini akan merasa nyaman
dalam belajar.
Contohnya :
ketika desaian ruangan di dalam lingkungan kelas belajar di desaian dengan
sangat menarik,anak akan lebih tertarik dan semangat untuk belajar.
B. Faktor sosial
Faktor sosial ini sangat berpengaruh dalam perkembangan kecakapan sosial
anakakan belajar bagaimana bekerja sama,berinteraksi,sehingga anak akan belajar
menghargai orang lain. Ketika faktor sosial berperan sangat baik di dalam
pendidikan anak usia dini,maka perkembangan belajar anakpun nantinya juga akan
meningkat,khususnya dalam bidang sosial
C. Faktor emosi
Faktor emosi berkaitan dengan motivasi anak dalam belajar. Ketika anak
memiliki emosi yang bagus dia akan semangat dalam belajar dan ketika mereka
sedang dalam emosi yang tidak bagus anak usia dini cenderung tidak mau untuk
diajak belajar. Karena kondisi emosi tiap anak berbeda-beda,maka pendidik
memiliki tugas ekstra untuk mencari strategi yang dapat membangkitkan motivasi
mereka dalam belajar.
D. Faktor fisik
Faktor fisik
dalam anak usia dini harus memerlukan kesiapa fisik yang cukup baik untuk
belajar. Kesiapan fisik yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan kondisi
anak yang berkaitan dengan kondisi dengan makan dan minum,istirahat,kecukupan
waktu tidur,dan aktivitas yang dilakukan. Ketika kondisi anak tidak dalam
keadaan baik,misalnya terlalu lelah,hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana
anak dalam belajar. Ketika anak lelah anak akan tidak semangat lagi dalam
belajar. Oleh karena itu faktor kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran di
PAUD harus memperhatikan hal tersebut sehingga kegiatan dalam pembelajaran
dapat berlangsung dengan optimal.
2.8
Aspek-aspek perkembangan Anak usia dini
Menurut catron dan allen menyebutkan bahwa terdapat 6
aspek perkembangan anak usia dini. Diantaranya :
1.
Kesadaran personal : perkembangan kesadaran sosial
bermain mendukung anakk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas
lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang
baru,bereksplorasi. Meniru dan mempraktekkan kehidupan sehari-hari sebagai
sebuah langkah dalam membangun ketrampilan menolong diri sendiri, ketrampilan
ini membuat anak untuk mengenal diri mereka dan untuk mengembangkan pola
perilaku yang memuaskan dalam hidup.
2.
Pengembangan emosi : melalui permainan anak dapt
belajar menerima berekspresi dan mengatasi masalah
3.
Membangun sosialisasi : kemamuan sosialisai dan
memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme.
4.
Kemampuan berbahasa anak : memperluas kosa kata dan
mengembangkan daya penerimaan serta mengekspresikan kemampuan berbahasa mereka
melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain
spontan.
5.
Pengembangan kognitif : memenuhi kebutuhan anak untuk
secara aktif terlibat dengan lingkungan.
6.
Pengembangan kemampuan motorik : kesempatan yang luas
untuk bergerak pengalaman belajar untuk menemukan aktivitas sensorik motor yang
meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil. Memungkinkan anak untuk memenuhi
perkembangan preseptual motorik.
2.9 Permasalahan
kesulitan anak usia dini
Masalah ganngguan belajar kerap kali dijumpai pada anak-anak. Masalah ini
bisa timbul disekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian(kosentrasi),gangguan daya ingat,gangguan
membaca,menulis,berhitung,dll. Dampak yang dialami oleh anak yang mengalami
gangguan belajar bukan hanya pada proses tumbuh kembangnya,tetapi juga
berdampak pada proses tumbuh kembangnya,tetapi jyga berdampak pada proses
interaksi anak tersebut dengan lingkungannya. Terkadang bukan keharmonisan
keluarga juga dapat terganggu,diantara kedua orang tua saling
menyalahkan,merasa frustasi,marah,dll.
Kesulitan belajar adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan
adanya kesenjangan antara taraf intelegensi dengan kemampuan akademik yang
harus dicapai.
A. Ciri-ciri anak kesulitan belajar
1. Terlambat bicara
dibanding dengan anak seusianya.
2. Memiliki kesulitan
dalam mengucapkan beberapa kata.
3. Dibandingkan anak
seusianya,penguasaan jumlah katanya lebih sedikit(terbatas)>
4. Sering tidak mampu
menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan ditemukan.
5. Sulit mempelajari dan
mengenali angka,huruf,dan nama-nama hari.
6. Sulit merangkai kata
untuk menjadi sebuah kalimat.
7. Sering gelisah yang
berlebihan.
8. Mudah terganggu
kosentrasinya.
9. Sulit berinteraksi
dengan teman sesuainya.
10. Sulit mengikuti instruksi yang diberikan
untuknya.
B. Jenis-jenis
kesulitan belajar :
1. Gangguan
membaca(disleksia)
Gangguan membaca adalah sebuah kondisi ketidakmampuan
belajar pada anak yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas
membaca dan menulis.
Contoh : kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.
2. Gangguan
menulis(disgrafia)
Gangguan menulis adalah gangguan belajar yang terjadi
karena anak kesulitan dalam mendengar,berbicara,menulismenganalisis,dan
memecahkan persoalan.
Contoh: sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan
mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir
menempel kertas.
BAB III
PEUNUTUP
3.1
KESIMPULAN
Periode perkembangan yang
merentang pada usia 0-6 tahun dapat
dikatakan sebagai periode perkembangan anak usia dini. Periode ini dimulai
setelah melewati periode prenatal, yaitu
periode prakelahiran (prenatal period) yakni sejak dari
pembuahan hingga kelahiran. Sesuai dengan klasifikasi periode perkembangan yang
paling luas digunakan sebagaimana dikemukakan oleh Santrock (1993), periode ini
(0-6 tahun) termasuk dalam klasifikasi periode bayi (infacy period) yaitu
periode yang merentang antara usia 0-2 tahun dan periode kanak-kanak awal (early childhood
period) yang merentang antara usia 2-7 tahun.
Setidaknya ada tiga aspek penting
yang dapat dilihat pada pertumbuhan dan perkembangan pada periode bayi, yaitu
aspek fisik-motorik, aspek kognitif, dan aspek psikososial. Pada aspek fisik
motorik, pertumbuhan dan perkembangan masa bayi tandai dengan pertumbuhan fisik
yang sangat cepat, bahkan perubahan fisik yang paling cepat dibandingkan dengan
periode-periode sesudahnya. Perkembangan bayi pada aspek ini juga ditandai
dengan mulai berkembangnya beberapa refleks. Refleks-refleks tersebut merupakan
modal dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan yang bersifat aktif.
Beberapa dari refleks ini akan menghilang dalam waktu tertentu dan disebut refleks
anak menusu atau refleks bayi. Sedangkan sebagian refleks yang tidak hilang
disebut refleks permanen. Beberapa pola dan tingkah laku motorik pada
bayi makin lama makin bertambah baik serta terkoordinasi, makin cermat, dan
makin tepat. Kemampuan anak untuk dapat duduk, berdiri, berjalan, dan
sebagainya tergantung pada kematangan system saraf dan otot, dan kesempatan
untuk mempraktekkan kemampuan motorik. Walaupun kemampuan kematangan dapat
berkembang tanpa pelajaran khusus, namun pembatasan kesemptan untuk
mempraktekkan dapat menghalangi perkembangannya. Selain itu latihan khusus
dapat memfasilitasi perkembangan motorik.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, 2011, Perkembangan Peserta Didik,
Bandung: Alfabeta.
Desmita., 2010, Psikilogi Perkembangan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sutirna. 2013. Perkembangan dan pertumbuhan peserta
didik.yogyakarta: penerbit andi
Kartono,Kartini., 1999, Psikologi Anak,
Bandung: Bandar Maju.